Berbakti kepada orang tua (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Toto Tasmara
Bila engkau ingin membuka pintu-pintu surga, hormatilah kedua orang tuamu. Sebaliknya, bila ingin membuka pintu-pintu neraka maka kedurhakaan kepada orang tua adalah kendaraan yang paling cepat menuju ke tempat jahanam itu. Bahkan, siksanya pun disegerakan tanpa harus menunggu kiamat. Rasulullah bersabda, “Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai hari kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua. Maka, sesungguhnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal.” (HR Hakim).
Itulah sebabnya, ajaran budi pekerti paling awal adalah pelajaran untuk bersikap santun dan menghormati orang tua. Rasulullah bersabda, ”Bukanlah pengikutku, mereka yang tidak hormat pada yang tua dan sayang pada yang kecil.”
Bahkan, mereka yang memperolok-olok dan menghina orang tua yang lain, sama saja dengan menghinakan kedua orang tua kandungnya sendiri. “Sesungguhnya di antara sebesar-besar dosa ialah seseorang yang melaknati orang tuanya sendiri.” Para sahabat merasa heran bagaimana mungkin seorang melaknati orang tuanya padahal mereka adalah penyebab dilahirkannya. Kemudian, para sahabat bertanya, ”Bagaimana seorang melaknati orang tuanya sendiri?” Rasulullah menjawab, “Dia mencaci ayah orang lain dan ia mencaci ibu orang lain.” (HR Bukhari Muslim).
Anak yang saleh tidak hanya mendoakan orang tuanya yang telah meninggal, tetapi tanda-tanda kesalehannya akan tampak ketika dia melanjutkan silaturahimnya dengan kerabat dan sahabat orang
Suatu ketika, Abdullah bin Umar ra sedang mengendarai keledainya. Tiba-tiba lewatlah seorang Arab gunung. Beliau bertanya pada orang itu, “Bukankah engkau anaknya Fulan bin Fulan?” Dia menjawab, “Benar.” Serta-merta Ibnu Umar ra memberikan keledainya sembari berkata, “Naiklah.” Beliau juga memberikan surbannya dan mengatakan, “Ikat kepalamu dengan surban ini.” Melihat hal itu, sahabat-sahabat beliau pun berkata, “Semoga Allah mengampunimu. Mengapa engkau berikan kepada orang Arab gunung itu keledaimu yang biasa engkau kendarai serta surbanmu yang biasa engkau gunakan untuk mengikat kepalamu?” Beliau pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Di antara sebaik-baik bakti kepada orang tua adalah menyambung tali kekerabatan dengan keluarga orang yang dicintai ayahnya sepeninggalnya.” Beliau muliakan orang Arab gunung itu karena ayah orang itu adalah teman ayahnya yaitu Umar bin Khattab ra. (HR Muslim).
Pantaslah orang-orang saleh, bila bersilaturahim senantiasa membawa putra dan putrinya, kemudian memperkenalkan mereka kepada sahabat-sahabatnya. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk meneruskan persahabatan dan kekerabatan tersebut. Mereka mengajarkan etika sopan santun kepada orang yang lebih tua. Mereka inilah yang dijanjikan akan mendapatkan kenikmatan surga adnin. (QS Ar-Ra’du [13]: 23). Wallahu a’lam.
Bila engkau ingin membuka pintu-pintu surga, hormatilah kedua orang tuamu. Sebaliknya, bila ingin membuka pintu-pintu neraka maka kedurhakaan kepada orang tua adalah kendaraan yang paling cepat menuju ke tempat jahanam itu. Bahkan, siksanya pun disegerakan tanpa harus menunggu kiamat. Rasulullah bersabda, “Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai hari kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua. Maka, sesungguhnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal.” (HR Hakim).
Itulah sebabnya, ajaran budi pekerti paling awal adalah pelajaran untuk bersikap santun dan menghormati orang tua. Rasulullah bersabda, ”Bukanlah pengikutku, mereka yang tidak hormat pada yang tua dan sayang pada yang kecil.”
Bahkan, mereka yang memperolok-olok dan menghina orang tua yang lain, sama saja dengan menghinakan kedua orang tua kandungnya sendiri. “Sesungguhnya di antara sebesar-besar dosa ialah seseorang yang melaknati orang tuanya sendiri.” Para sahabat merasa heran bagaimana mungkin seorang melaknati orang tuanya padahal mereka adalah penyebab dilahirkannya. Kemudian, para sahabat bertanya, ”Bagaimana seorang melaknati orang tuanya sendiri?” Rasulullah menjawab, “Dia mencaci ayah orang lain dan ia mencaci ibu orang lain.” (HR Bukhari Muslim).
Anak yang saleh tidak hanya mendoakan orang tuanya yang telah meninggal, tetapi tanda-tanda kesalehannya akan tampak ketika dia melanjutkan silaturahimnya dengan kerabat dan sahabat orang
Suatu ketika, Abdullah bin Umar ra sedang mengendarai keledainya. Tiba-tiba lewatlah seorang Arab gunung. Beliau bertanya pada orang itu, “Bukankah engkau anaknya Fulan bin Fulan?” Dia menjawab, “Benar.” Serta-merta Ibnu Umar ra memberikan keledainya sembari berkata, “Naiklah.” Beliau juga memberikan surbannya dan mengatakan, “Ikat kepalamu dengan surban ini.” Melihat hal itu, sahabat-sahabat beliau pun berkata, “Semoga Allah mengampunimu. Mengapa engkau berikan kepada orang Arab gunung itu keledaimu yang biasa engkau kendarai serta surbanmu yang biasa engkau gunakan untuk mengikat kepalamu?” Beliau pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Di antara sebaik-baik bakti kepada orang tua adalah menyambung tali kekerabatan dengan keluarga orang yang dicintai ayahnya sepeninggalnya.” Beliau muliakan orang Arab gunung itu karena ayah orang itu adalah teman ayahnya yaitu Umar bin Khattab ra. (HR Muslim).
Pantaslah orang-orang saleh, bila bersilaturahim senantiasa membawa putra dan putrinya, kemudian memperkenalkan mereka kepada sahabat-sahabatnya. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk meneruskan persahabatan dan kekerabatan tersebut. Mereka mengajarkan etika sopan santun kepada orang yang lebih tua. Mereka inilah yang dijanjikan akan mendapatkan kenikmatan surga adnin. (QS Ar-Ra’du [13]: 23). Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment