Translate

Sejarah Nabi Muhammad

Lingkungan kekuasaan Islam yang pertama -xli; Islam dan
   Nasrani  -  xliii;  Kaum  Muslimin  dan  Isa  -  xliii;
   Orang-orang Kristen yang fanatik dan  Muhammad  -  xlv;
   Dasar-dasar  yang  sederhana  dalam  kedua agama - xlv;
   Perbedaan Tauhid  dan  Trinitas  -xlvii;  Kaum  Nasrani
   mengajak  Nabi  berdebat  -  xlviii; Masalah penyaliban
   Almasih  -  li;  Rumawi  dan  kaum  Muslimin   -   lii;
   Penulis-penulis  Kristen  dan  Muhammad  -  lii;  Sebab
   permusuhan Islam-Kristen -  lv;  Kristen  tidak  sesuai
   dengan  watak  Barat  -  lvi; Penjajahan dan propaganda
   anti Islam - lviii; Islam dan apa yang  terjadi  dengan
   umat  Islam  -lviii;  Sikap  jumud di kalangan pemuda -
   lix;  Ilmu  dan  literatur  Barat  -  lx;   Usaha-usaha
   modernisasi  dunia  Islam  -  lxi;  Misi  penginjil dan
   golongan yang berpikiran beku  -  lxii;  Terpikir  akan
   menulis  buku  ini  -  lxiii; Qur'an sumber yang paling
   otentik - lxiii; Konsultasi yang tepat  -  lxiv;  Dalam
   batas-batas  biografi, tidak lebih - lxvi; Penyelidikan
   berguna bagi seluruh umat manusia - lxviii.
 
MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam.
 
Dengan nama yang begitu  mulia,  jutaan  bibir  setiap  hari
mengucapkannya,   jutaan   jantung  setiap  saat  berdenyut,
berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut
sejak  seribu  tiga  ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang
begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan,  berjuta
jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
 
Pada    setiap    hari    di    kala    fajar   menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai  nampak  hendak
menghalau   kegelapan  malam,  ketika  itu  seorang  muazzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa  bangun
bersembahyang  lebih  baik daripada terus tidur. Ia mengajak
mereka  bersujud  kepada   Allah,   membaca   selawat   buat
Rasulullah.
 
Seruan  ini  disambut  oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia
dari segenap penjuru  bumi,  menyemarakkannya  dengan  salat
menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya
hari  baru.  Dan  bila  hari  siang,  mataharipun  berangkat
pulang,  kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang
lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam
sembahyang  ini  mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi
dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh  kerendahan
hati   dan   syahdu.   Dan  selama  mereka  dalam  rangkaian
sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka  menyebut
asma  Allah  dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka,
dan akan begitu mereka, setelah Allah  memperlihatkan  agama
yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh
umat manusia.
 
LINGKUNGAN KEKUASAAN ISLAM YANG PERTAMA
 
Tidak  banyak   waktu   yang   diperlukan   Muhammad   dalam
menyampaikan  ajaran  agama,  dalam  menyebarkan panjinya ke
penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah  menyempurnakan
agama  ini  bagi  kaum  Muslimin. Dalam pada itu iapun telah
meletakkan landasan penyebaran agama  itu:  dikirimnya  misi
kepada  Kisra1,  kepada  Heraklius  dan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa lain supaya mereka  sudi  menerima  Islam.
Tak  sampai  seratus  limapuluh  tahun  sesudah itu, bendera
Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah
barat,  ke  India,  Turkestan,  sampai  ke  Tiongkok di Asia
Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi  Suria,  Libanon,
Yordania   dan   Palestina   sekarang),   Irak,  Persia  dan
Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam.  Selanjutnya
negeri-negeri  Arab  dan  kerajaan  Arab,  sampai  ke Mesir,
Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko,  -sekitar  Eropa  dan
Afrika-  telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan
sejak waktu itu sampai masa kita  sekarang  ini  panji-panji
Islam  tetap  berkibar  di semua daerah itu, kecuali Spanyol
yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya  disiksa
dengan  bermacam-macam  cara  kekerasan.  Tidak  tahan  lagi
mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali  ke  Afrika,
ada  pula  yang  karena  takut  dan  ancaman, berbalik agama
berpindah dari agama asalnya kepada agama  kaum  tiran  yang
menyiksanya.
 
Hanya  saja  apa  yang  telah  diderita  Islam  di Andalusia
sebelah barat Eropa  itu  ada  juga  gantinya  tatkala  kaum
Usmani  (Turki)  memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di
Konstantinopel.  Dari  sanalah  ajaran  Islam  itu  kemudian
menyebar  ke  Balkan,  dan  memercik pula sinarnya sampai ke
Rusia dan Polandia sehingga  berkibarnya  panji-panji  Islam
itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.
 
Sejak  dari  semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang
ini  memang  belum   ada   agama-agama   lain   yang   dapat
mengalahkannya.  Dan  kalaupun ada di antara umat Islam yang
ditaklukkan,  itu  hanya  karena   adanya   berbagai   macam
kekerasan,  kekejaman  dan despotisma, yang sebenarnya malah
menambah kekuatan iman mereka  kepada  Allah,  kepada  hukum
Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.
 
ISLAM DAN NASRANI
 
Kekuatan  inilah  yang telah menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung dengan  pihak  Nasrani  yang
menghadapinya  dengan  sikap  permusuhan yang sengit sekali.
Muhammad telah berhasil melawan  paganisma  dan  mengikisnya
dari   negeri-negeri   Arab,   seperti  juga  yang  kemudian
dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di  Persia,
di   Afganistan   dan   tidak   sedikit   pula   di   India.
Pengganti-pengganti Muhammad telah  dapat  juga  mengalahkan
kaum  Nasrani  di  Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke
pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.
 
Seperti halnya dengan paganisma, adakah juga terhadap  agama
Nasrani akan senasib mengalami kelenyapan sebagai salah satu
agama Kitab yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang  juga
mendapat wahyu melalui Nabinya? Adakah orang-orang Arab itu,
Arab pedalaman yang datang  merantau  dari  pelosok  jazirah
padang  pasir  yang gersang, akan ditakdirkan juga menguasai
taman-taman Andalusia, Bizantium  dan  daerah-daerah  Masehi
lainnya?  Lebih baik mati daripada itu. Selama beberapa abad
terus-menerus    antara    pengikut-pengikut     Isa     dan
pengikut-pengikut  Muhammad  telah  terjadi  peperangan yang
terus-menerus. Dan peperangan itu tidak terbatas pada pedang
dan   meriam   saja,   malah   juga   diteruskan  sampai  ke
bidang-bidang  perdebatan  dan  pertentangan  teologis  yang
dibawa  oleh  pejuang-pejuang  itu,  masing-masing atas nama
Muhammad dan atas  nama  Isa,  masing-masing  mencari  jalan
mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisma dan
semangat rakyat jelata
 
KAUM MUSLIMIN DAN ISA
 
Akan  tetapi  Islam  melarang  kaum   Muslimin   merendahkan
kedudukan  Isa - karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikanNya  ia  orang  yang
beroleh  berkah  di  mana pun ia berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang, mengeluarkan  zakat  selama  ia  masih
hidup,  dijadikanNya  ia  orang yang berbakti kepada ibunya,
dan tidak pula  dijadikan  orang  yang  pongah  dan  celaka.
Bahagia  ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala
ia dibangkitkan hidup kembali.
 
ORANG-ORANG KRISTEN YANG FANATIK DAN MUHAMMAD
 
Sedang dari pihak kaum Masehi, banyak di antara  mereka  itu
yang   menyindir-nyindir   Muhammad  dan  menilainya  dengan
sifat-sifat  yang  tidak   mungkin   dilakukan   oleh   kaum
terpelajar  -  untuk  melampiaskan  rasa  kebencian yang ada
dalam  hati  mereka  serta  beragitasi  membangkitkan  emosi
orang.  Meskipun  ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah
berakhir sejak ratusan  tahun  yang  lalu,  namun  fanatisma
gereja  Kristen  terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai
pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih  tetap
demikian   kalau   tidak  akan  dikatakan  malah  bertambah,
sekalipun dilakukan  dengan  sembunyi-sembunyi,  berselubung
misi  dengan  pelbagai  macam  cara.  Hal ini tidak terbatas
hanya  pada  gereja   saja   bahkan   sampai   juga   kepada
penulis-penulis  dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang
dapat dikatakan  tidak  seberapa  hubungannya  dengan  pihak
gereja.
 
Bisa   jadi  orang  merasa  heran  bahwa  fanatisma  Kristen
terhadap Islam masih begitu  keras  pada  suatu  zaman  yang
diduga  adalah  zaman cerah dan zaman ilmu pengetahuan, yang
berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan  orang
akan  lebih  heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang
mula-mula, betapa mereka merasa gembira  melihat  kemenangan
kaum  Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma),
melihat kemenangan  pasukan  Heraklius  merebut  panji-panji
Persia  dan dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia
adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian  selatan,  sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya  -  pada  tahun
614  -  di  bawah  salah  seorang  panglimanya  yang bernama
Syahravaraz2 untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya
ketika  berhadap-hadapan  di Adhri'at3 dan di Bushra4, tidak
jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang  terbunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.
 
Pada  waktu  itu  Arab - terutama penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita  perang  itu  dengan  penuh  perhatian.  Kedua
kekuatan  yang  sedang  bertarung  itu  merupakan  peristiwa
terbesar  yang  pernah  dikenal   dunia   pada   masa   itu.
Negeri-negeri  Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan  sebahagian
lagi  berbatasan  dengan  Rumawi.  Orang-orang  kafir  Mekah
bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu;  sebab
mereka   juga  Ahli  Kitab  seperti  kaum  Muslimin.  Mereka
berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan
agama kaum Muslimin.
 
Sebaliknya  pihak  Muslimin merasa sedih sekali karena pihak
Rumawi  juga  Ahli  Kitab  seperti  mereka.   Muhammad   dan
sahabat-sahabatnya   tidak   mengharapkan  kemenangan  pihak
Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan kaum Muslimin dan
kaum   kafir  Mekah  ini  sampai  menimbulkan  sikap  saling
berbantah dari kedua belah  pihak.  Kaum  kafirnya  mengejek
kaum   Muslimin,  sampai  ada  di  antara  mereka  itu  yang
menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun
sampai  marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira;
pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.
 
Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut  hati.
Mendengar  jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan
pula: Engkau pembohong.  Abu  Bakr  marah:  Engkaulah  musuh
Tuhan  yang  pembohong!  Hal  ini  disertai  dengan  taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan  mengalahkan  kaum
Majusi  dalam  waktu  setahun.  Muhammad  mengetahui  adanya
peristiwa taruhan ini, lalu dinasehatinya Abu  Bakr,  supaya
taruhan  itu ditambah dan waktunyapun diperpanjang. Abu Bakr
memperbanyak jumlah  taruhannya  sampai  seratus  ekor  unta
dengan  ketentuan,  bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam
waktu kurang dari sembilan tahun.
 
Dalam tahun 625  ternyata  Heraklius  menang  melawan  pihak
Persia.  Syam  direbutnya  kembali  dan  Salib  Besar  dapat
diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang.  Sebagai
nubuat  atas  kemenagan ini firman Tuhan turun seperti dalam
awal Surah ar-Rum: "Alif- Lam. Mim.  Kerajaan  Rumawi  telah
dikalahkan.   Di   negeri   terdekat.  Dan  mereka,  sesudah
kekalahan itu,  akan  mendapat  kemenangan.  Dalam  beberapa
tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau,
dan masa akan datang. Pada hari itu orang-orang beriman akan
bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha  Mulia  Ia  dalam  Kekuasaan  dan  Maha
Penyayang.  Demikian  janji  Allah.  Allah  takkan menyalahi
janjiNya. Tetapi  kebanyakan  orang  tidak  mengerti."  (QS,
30:1-6)
 
Besar  sekali  kegembiraan  kaum  Muslimin  atas  kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara
mereka  yang  menjadi  pengikut  Muhammad  dan  mereka  yang
percaya  kepada  Isa,  selama  hidup  Nabi,  besar   sekali,
meskipun  antara  keduanya sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum  Muslimin  dengan  pihak  Yahudi,
yang  pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang  berlarut-larut,  yang  sampai  meninggalkan
bekas  berdarah  dan  membawa  akibat  keluarnya orang-orang
Yahudi dari seluruh jazirah Arab.  Kebenaran  atas  kejadian
ini  ialah  firman  Tuhan: "Pasti akan kaudapati orang-orang
yang  paling  keras  memusuhi  mereka  yang  beriman   ialah
orang-orang  Yahudi  dan orang-orang musyrik; dan pasti akan
kaudapati orang-orang yang paling  akrab  bersahabat  dengan
mereka  yang  beriman  ialah  mereka yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka terdapat  kaum
pendeta  dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan
diri." (QS, 5:82)
Add caption
DASAR-DASAR YANG SEDERHANA DALAM KEDUA AGAMA
 
Kemudian kita melihat kedua  agama  ini  mempunyai  konsepsi
tentang hidup dan akhlak yang dapat dikatakan sama. Keduanya
memandang manusia dan awal  mula  penjadiannya  sama:  Allah
menciptakan  Adam  dan  Hawa  dan keduanya ditempatkan dalam
surga, kemudian diwahyukan jangan mereka mendengarkan godaan
setan.  Tetapi mereka makan juga (buah) dari pohon itu, maka
merekapun keluar dari  surga.  Setan  yang  tak  mau  tunduk
kepada  Adam,  adalah  musuh mereka - sebagaimana diwahyukan
Allah kepada  Muhammad  -  dan  yang  tidak  mau  menyucikan
kalimat  Allah, menurut kitab-kitab SUCI kaum Nasrani. Setan
memperdayakan Hawa dan membujuknya.  Lalu  Hawapun  membujuk
Adam  dan  keduanya  sama-sama  makan  dari Pohon Abadi itu.
Karena itu, maka tampaklah  aurat  mereka.  Merekapun  minta
ampun  kepada  Tuhan  dan  Tuhan mengirimkan mereka ke bumi,
yang  akan  jadi  saling  bermusuhan  di   antara   sebagian
keturunan mereka, dan yang akan diperdayakan setan, sehingga
akan ada golongan yang sesat dan ada pula yang akan  melawan
kehancuran itu.
 
Untuk memperkuat perjuangan manusia melawan godaan dosa itu,
Tuhan telah mengutus Nuh, Ibrahim, Musa, Isa  dan  nabi-nabi
yang lain, dan kepada setiap rasul itu disertakan pula kitab
(wahyu) menurut bahasa masyarakat lingkungan guna memperkuat
apa  yang  datang  dari  Tuhan dan memberi penerangan kepada
mereka. Sebagaimana juga di pihak  setan  ada  barisan  yang
membela  nafsu  kejahatan,  juga  para  malaikat  memuja dan
menguduskan kesucian Tuhan. Masing-masing mereka itu  saling
berselisih   menghadapi  hidup  dan  alam  ini  sampai  Hari
Kebangkitan, tatkala setiap jiwa kelak akan memperoleh hasil
sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan takkan ada seorang
teman akrabpun yang sudi menanyakan teman lainnya.

PERBEDAAN TAUHID DAN TRINITAS
 
Akan kita lihat dalam Qur'an yang telah menyebutkan Isa  dan
Mariam  dengan  penghormatan serta penghargaan yang demikian
rupa dari Tuhan sehingga kitapun karenanya turut  bersimpati
pula,  terbawa  oleh  rasa  persaudaraan.  Tetapi  apa  yang
menyebabkan kita lalu bertanya?: Kalau begitu,  kenapa  kaum
Muslimin  dan  Kristen  selama berabad-abad terus bermusuhan
dan berperang? Jawaban  atas  pertanyaan  ini  ialah,  bahwa
antara   ajaran-ajaran   Islam   dan  Kristen  itu  terdapat
perbedaan asasi yang menjadi suatu  sebab  perdebatan  hebat
semasa  Nabi, sekalipun perdebatan demikian itu tidak sampai
melampaui batas permusuhan dan kebencian. Kaum Kristen tidak
mengakui  kenabian  Muhammad  seperti  Islam  yang  mengakui
kenabian Isa; Kristen berlandaskan  Trinitas,  sedang  Islam
samasekali  menolak,  selain Tauhid. Kaum Kristen menuhankan
Isa, dan berpegang pada argumentasi ketuhanannya  itu  bahwa
dia   sudah   berbicara   sejak   di   dalam   buaian  serta
memperlihatkan mujizat-mujizat yang tak dapat dilakukan oleh
yang  lain;  suatu hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan.

KAUM NASRANI MENGAJAK NABI BERDEBAT
 
Pada masa permulaan  Islam  mereka  mendebat  kaum  Muslimin
tentang   itu  dengan  menggunakan  Quran,  dengan  berkata:
Bukankah Quran yang diturunkan kepada Muhammad itu  mengakui
pendapat  kami  ketika  berkata:  "Dan tatkala para malaikat
berkata: 'Aduhai Mariam, Tuhan menyampaikan  berita  gembira
kepadamu  dengan  Firman  Tuhan:  namanya  Isa al Masih anak
Mariam,  orang  terpandang  di  dunia  dan  di  akhirat  dan
termasuk  orang yang dekat (kepada Tuhan). Ia akan berbicara
dengan orang semasa ia anak-anak dan sesudah dewasa  dan  ia
tergolong  orang yang baik-baik.' Kata (Mariam)-nya: 'Tuhan,
dari mana saya akan mendapatkan anak, padahal tak ada  orang
yang  menyentuhku.'  Ia  (Tuhan)  berkata: 'Begitulah, Tuhan
mencipta menurut kehendakNya. Jika ia memutuskan sesuatu, Ia
hanya  berkata: Jadilah, maka iapun jadi. Dan ia mengajarkan
Kitab kepadanya, hikmah kebijaksanaan, Taurat dan Injil. Dan
ia  diutus  menjadi  Rasul bagi Keluarga Israil: 'Aku datang
kepadamu membawa sebuah Bukti dari Tuhanmu. Kuciptakan  dari
tanah  liat  bentuk serupa burung. Kutiup ia lalu ia menjadi
seekor burung dengan ijin Allah, dan aku dapat  menyembuhkan
orang  buta  dan  berpenyakit kusta serta menghidupkan orang
mati dengan ijin Allah. Akupun dapat memberitahukan kepadamu
apa  yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dalam rumahmu.
Itulah  suatu  bukti  bagimu  bila  kamu  orang-orang   yang
beriman." (QS, 3:45-49)
 
Jadi  Qur'an  menegaskan,  bahwa ia menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta asal  dari  kelahiran,  menyembuhkan
kusta,  dan  dari  segumpal tanah dijadikannya seekor burung
dan dapat membuat ramalan dan  semua  ini  adalah  merupakan
sifat-sifat  Ilahiah.  Inilah  pandangan  kaum  Nasrani masa
Nabi,  yang   dijadikan   mereka   bahan   argumentasi   dan
mengajaknya  berdebat dengan pendirian, bahwa Isa juga Tuhan
di samping Allah. Dan ada lagi segolongan  mereka  itu  yang
berpendirian menuhankan Mariam karena Allah telah menurunkan
SabdaNya kepadanya. Pendirian  kaum  Nasrani  yang  demikian
pada  masa  itu  menganggap  Mariam  satu  dari  tiga  dalam
Trinitas Bapa, Anak dan Ruh Kudus. Mereka yang  berpendirian
dengan  menuhankan  Isa  dan ibunya itu hanya merupakan satu
sekte  dari   sekian   banyak   sekte-sekte   Nasrani   yang
bermacam-macam dan terpencar-pencar itu.
 
Orang-orang  Nasrani  seluruh  jazirah Arab dengan alirannya
yang bermacam-macam itu mengajak Muhammad  berdebat  menurut
dasar  mazhab  mereka.  Kata mereka Almasih itu ialah Allah,
dia anak Allah; kata mereka dia adalah satu dari tiga  dalam
Trinitas.  Mereka  yang  berpendapat  pada ketuhanan Isa itu
berpegang  pada  argumentasi  yang   disebutkan   di   atas.
Argumentasi  yang  mengatakan  bahwa  dia  anak Allah, sebab
bapanya tidak  diketahui  orang,  dan  dia  berbicara  dalam
buaian  semasa  anak-anak,  yang  tak  pernah  terjadi  pada
siapapun dari anak Adam. Argumentasi yang  mengatakan  bahwa
dia satu dari tiga dalam Trinitas, sebab Allah berkata: Kami
perintahkan, Kami jadikan dan  Kami  tentukan.  Kalau  hanya
Satu  tentu  berkata:  Aku  perintahkan, Aku jadikan dan Aku
tentukan. Muhammad mendengarkan semua tanggapan mereka  itu,
dan  mengajaknya  berdiskusi  dengan  cara  yang lebih baik.
Dalam perdebatan itu ia tidak begitu keras seperti  terhadap
kaum  musyrik  dan  penyembah berhala. Bahkan dikemukakannya
argumen itu berdasarkan wahyu dengan  cara  yang  logis  dan
sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab mereka. Allah
berfirman: "Sebenarnya  mereka  telah  melakukan  penghinaan
(terhadap  Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah ialah
Isa al-Masih  anak  Mariam.  Katakan:  Siapakah  yang  dapat
merintangi  jika Ia hendak membinasakan al-Masih anak Mariam
serta ibunya dan setiap orang yang  ada  di  muka  bumi  ini
semua?  Kerajaan  langit  dan  bumi serta segala yang ada di
antara itu, adalah milik Allah. Ia menciptakan apa yang  ada
di   antara  itu,  dan  Allah  Maha  Kuasa  atas  segalanya.
Orang-orang  Yahudi  dan  Nasrani   berkata:   Kami   adalah
anak-anak  Allah  dan  yang dicintaiNya. Katakan: Mengapa Ia
menyiksamu  karena  dosa-dosamu  itu?   Sebenarnya   kamupun
manusia,  seperti  yang  pernah diciptakanNya. Ia mengampuni
siapa saja yang dikehendakiNya dan Ia menghukum  siapa  saja
yang  dikehendakiNya.  Kerajaan langit dan bumi serta segala
yang ada di antara itu, adalah milik Allah. Dan kepadaNyalah
kembali sebagai tujuan terakhir." (QS, 5:17-18)
 
"Sebenarnya  mereka  telah  melakukan  penghinaan  (terhadap
Tuhan), mereka yang mengatakan,  bahwa  Allah  itu  al-Masih
anak  Mariam. Bahkan al-Masih berkata: Hai anak-anak Israil,
sembahlah   Allah,   Tuhanku   dan   Tuhanmu.    Barangsiapa
mempersekutukan Allah, Allah akan mengharamkan surga baginya
dan tempatnya adalah api neraka. Orang-orang  teraniaya  itu
takkan  punya  pembela.  Sebenarnya  mereka  telah melakukan
penghinaan (terhadap Tuhan) mereka  yang  mengatakan,  bahwa
Allah  adalah  satu  dari tiga dalam Trinitas. Tak ada tuhan
kecuali Tuhan Yang  Satu.  Apabila  tidak  mau  juga  mereka
berhenti   (menghina   Tuhan),   pasti   mereka  yang  telah
merendahkan  (Tuhan),  itu  akan   dijatuhi   siksaan   yang
memedihkan." (QS, 5:72-73)
 
"Dan  ingat  ketika  Allah  berkata:  Hai  Isa  anak Mariam!
Engkaukah yang mengatakan  kepada  orang:  mengangkatku  dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Ia menjawab: Maha Suci
Engkau, tidak akan aku mengatakan yang bukan menjadi  hakku.
Kalaupun    aku    mengatakannya,    tentu    Engkau   sudah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam  hatiku,
tapi aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam Dirimu. Maha
Mengetahui Engkau  atas  segala  yang  gaib.  Tak  ada  yang
kukatakan kepada mereka, selain daripada yang Kauperintahkan
kepadaku;  supaya  mereka  menyembah  Allah,   Tuhanku   dan
Tuhanmu,  dan  akulah  saksi  mereka  selama  aku  berada di
tengah-.engah mereka. Tetapi setelah Kauwafatkan aku, Engkau
Pengawas  mereka  dan  Engkau  pula  yang menyaksikan segala
sesuatu.  Kalau   Engkau   siksa   mereka,   mereka   adalah
hamba-hambaMu,   kalaupun   Engkau   ampuni  mereka,  Engkau
Penguasa Maha Mulia dan Bijaksana." (QS, 5:116-118)
 
Pandangan Nasrani adalah Trinitas dan Isa adalah anak Allah.
Sedangkan  Islam  menolak  semua  itu  dengan  tegas sekali,
menolak bahwa Tuhan mempunyai  anak.  "Katakan:  'Allah  itu
Satu.  Allah  itu  abadi dan mutlak. Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tiada satu apa pun  yang  menyerupai-Nya."
(QS,  112:1-4)  "Tidak  sepatutnya bagi Allah akan mengambil
anak. Maha Suci Ia." (QS, 19:35) "Hal seperti  terhadap  Isa
bagi Allah sama seperti terhadap Adam; dijadikan-Nya ia dari
tanah lalu dikatakan: jadilah, maka jadilah ia." (QS, 3:59)
 
Pada dasarnya Islam adalah agama  Tauhid,  dalam  pengertian
Tauhid  yang  murni  dan  kuat  sekali, dan dalam pengertian
Tauhid yang sederhana dan jelas sekali.  Setiap  kemungkinan
yang  akan  mengaburkan pengertian dan pikiran Tauhid, Islam
tegas menolaknya dan menganggapnya kufur. "Allah tidak  akan
mengampuni  bila  Dia dipersekutukan. Tetapi selain itu akan
diampuniNya siapa saja yang dikehendakiNya." (QS, 4:48)
 
Bagaimanapun konsepsi Masehi tentang Trinitas,  yang  memang
mempunyai hubungan sejarah dengan beberapa agama lama, namun
bagi Muhammad itu sama sekali bukan  suatu  kebenaran.  Yang
benar  ialah  Allah  itu Esa, tidak bersekutu, tidak beranak
dan  tidak   diperanakkan,   dan   tak   ada   apapun   yang
menyerupaiNya. Jadi tidak heran kalau antara Muhammad dengan
pihak Nasrani masa itu  terjadi  diskusi  dengan  cara  yang
baik,   dan   wahyupun  memperkuat  Muhammad  seperti  dalam
ayat-ayat itu.
 
Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat  Islam  dan
Nasrani,  dan  menjadi puncak perdebatan antara dua golongan
itu pada masa  Nabi,  ialah  masalah  penyaliban  Isa  untuk
menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang  Yahudi  membunuh  dan  menyalib
Isa.  "Dan  perkataan  mereka  bahwa:  kami  telah  membunuh
Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka  tidak
membunuhnya   dan   tidak   menyalibnya,   melainkan  begitu
terbayang pada mereka.  Dan  mereka  yang  masih  berselisih
pendapat  tentang  itu  sebenarnya masih ragu, sebab tak ada
pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka
saja,  dan  merekapun  tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepadaNya.  Maha  Mulia  Kekuasaan
Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)
 
Kalaupun  konsepsi  tentang  penebusan  dosa  anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa  yang  ditulis
orang  tentang  itu  patut  menjadi  bahan studi dari segala
seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun  prinsip
yang  telah  ditentukan  Islam, bahwa orang tidak dibenarkan
memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap  orang  pada
hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia
berbuat baik dibalas dengan kebaikan,  kalau  jahat  dibalas
dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua
ajaran ini  tidak  mungkin.  Di  sini  logika  Islam  sangat
konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian,
melihat garis perbedaan yang begitu  tajam  antara  konsepsi
penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang
bapa  takkan  dapat  menolong  anaknya,  dan  anakpun  tiada
sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)
 
Tentang  agama  baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan
bertemunya  konsepsi  Tauhid  dengan  ajaran yang dibawa Isa
itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara  mereka  itu  yang
lalu beriman kepada ajaran ini.

RUMAWI DAN KAUM MUSLIMIN
 
Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum
Muslimin  telah  turut  gembira  dan   menganggapnya   suatu
kemenangan  bagi  agama-agama  Kitab  - penguasa-penguasanya
tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu.  Mereka
memandang  semua  kemungkinan hanya dari segi politik semata
dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama  yang
baru  itu  kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka
malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan  pasukan
besar-besaran  -  suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang
lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya
perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan
pasukan Muslimin - dengan  Muhammad  sebagai  komandannya  -
yang  hendak  menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan
itu.
 
Sejak itulah kaum Muslimin dan  kaum  Nasrani  berada  dalam
posisi   permusuhan   politik,   yang   selama  berabad-abad
berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama
itu   lingkungan   kekuasaan  mereka  membentang  sampai  ke
Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah
timur.  Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru
itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
 
Setelah tiba masanya sejarah harus  beredar,  pihak  Nasrani
pun  mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka
dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama  dan
Nabi  dengan  cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan
fitnah semata-mata. Demikian kejinya  mereka  itu,  sehingga
lupa  mereka  tentang  apa  yang pernah disampaikan Muhammad
'alaihissalam dalam hadis-hadis  dan  dalam  Qur'an  melalui
wahyu  yang  diturunkan  kepadanya,  bahwa  Islam mengangkat
martabat Isa 'alaihissalarn setinggi  yang  diberikan  Allah
kepadanya.

PENULIS-PENULIS KRISTEN DAN MUHAMMAD
 
Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai
pada pertengahan  abad  kesembilanbelas,  sehubungan  dengan
adanya  mereka  yang  berprasangka  jahat  terhadap Muhammad
Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada  itu
Muhammad  masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam
kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak
berhasil  menduduki  kursi Paus, lalu menciptakan agama baru
untuk membalas dendam kepada  kawan-kawannya.  Cerita-cerita
khayal  dan  cabul  banyak  terjadi  dalam sejarah hidupnya.
Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri  dari  hasil
lektur  semacam  itu. 'Cerita Muhammad' yang disiarkan oleh
Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831  melukiskan  kepada
kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan
itu tentang dia. Dalam  abad  ketujuhbelas  Bell  memberikan
suatu  tanggapan  tentang  sejarah yang sifatnya merendahkan
arti  Qur'an  dengan  suatu  tinjauan  berdasarkan  sejarah.
Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan
yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa
ketentuan  moral  dan  sosial  yang  dibuatnya tidak berbeda
dengan ketentuan Kristen, kecuali soal  hukum  qishash  (Lex
Talionis?) dan polygyny."
 
Dari  sekian  banyak  Orientalis  yang telah membuat analisa
tentang sejarah hidup Muhammad,  ada  seorang  di  antaranya
yang agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia
memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama  ini
dengan  mengatakan:  "Sesudah  pecah  perang  Islam-Kristen,
dengan sendirinya jurang pertentangan  dan  salah-pengertian
bertambah  lebar,  tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa
orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu
sampai   begitu   memuncak.   Sejak   zaman  penulis-penulis
Bizantium,  tanpa  mau  bersusah  payah   mengadakan   studi
-kecuali   Jean  Damasceme-  telah  melempari  Islam  dengan
pelbagai  macam  penghinaan.  Para   penulis   dan   penyair
menyerang  kaum  Muslimin  Andalusia dengan cara yang sangat
rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta,
orang  yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai
seorang  pendeta  Rumawi  yang marah dan dendam karena tidak
dipilih  menduduki  kursi  Paus  ...   Dan   yang   sebagian
mengiranya    ia    adalah    tuhan    palsu,    yang   oleh
pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa  kurban-kurban
manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu
serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena  krisis
mabuk  yang  jelas  sekali,  dan  bahwa  tubuhnya  kedapatan
terdampar  di  atas  timbunan  kotoran  binatang  dan  sudah
dimakan  babi.  Oleh  karena  itu,  lalu  ditafsirkan, bahwa
itulah  sebabnya  minuman  keras  dan  daging  binatang  itu
diharamkan.
 
Di   samping  itu  ada  beberapa  nyanyian  yang  melukiskan
Muhammad  sebagai  berhala  dari  emas,  dan   mesjid-mesjid
sebagai  kuil-kuil  kuno yang penuh dengan patung-patung dan
gambar-gambar.   Pencipta   "Nyanyian   Antakia"    (Chanson
d'Antioche)  membawa cerita tentang adanya orang yang pernah
melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas  dan  perak  murni
dan  dia  duduk  di atas seekor gajah di tempat yang terbuat
dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian  Roland"  (Chanson  de
Roland)     melukiskan     pahlawan-pahlawan     Charlemagne
menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa  kaum
Muslimin  di  Andalusia  itu menyembah trinitas terdiri dari
Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman
de  Mahomet)  itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita
melakukan polyandri.
 
"Cara  berpikir  yang  penuh  dengan  kedengkian  dan  penuh
legenda  itu  tetap  menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman
Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada
saja  orangorang  semacam  Nicolas  de Cuse, Vives, Maracci,
Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang  lain.  Mereka  itu
menggambarkan  Muhammad  sebagai penipu, dan Islam merupakan
sekumpulan kaum bidat. Semua  itu  adalah  perbuatan  setan.
Kaum  Muslimin  adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah
suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya
secara  sungguh-sungguh,  karena  sudah  dianggap  tidak ada
artinya.  Tetapi,  dalam  pada  itu  Pierre  le   Venerable,
pengarang  pertama  yang telah menulis risalah anti Islam di
Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan  Qur'an  ke
dalam  bahasa  Latin.  Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal
termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam.
Innocent  III  pernah  melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah
musuh  Kristus   (Antichrist).   Sedang   abad   Pertengahan
menganggap  Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
Kristen).  Orang-orang  semacam  Raymond  Lulle  dalam  abad
keempatbelas,   Guellaume  Postel  dalam  abad  keenambelas,
Roland dan Gagnier dalam  abad  kedelapanbelas,  Pendeta  de
Broglie  dan  Renan  dalam  abad  kesembilanbelas, mempunyai
tanggapan  yang  beraneka  ragam.   Sebaliknya   orang-orang
semacam  Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval,
Dozy,  Sprenger,  Barthelemy  Saint-Hilaire,  de  Casteries,
Carlyle  dan  yang  lain, pada umumnya mereka memperlihatkan
sikap  jujur   terhadap   Islam   dan   Nabi,   dan   kadang
memperlihatkan  sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun
1876 Droughty bicara  tentang  Muhammad  dengan  mengatakan:
"Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822
juga Foster telah  mencacinya.  Sampai  sekarang  sebenarnya
masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."[5]
 
Catatan kaki:
-------------
[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
berikutnya.
 
Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu
rendah menyerangnya? Juga sudah kita lihat kegigihan  mereka
selama berabad-abad     yang  mau menanamkan rasa permusuhan
dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di  kalangan
mereka  itu  ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang
biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan  zaman
kebebasan   berpikir  serta  adanya  deklarasi  persaudaraan
antara sesama manusia.
 
Dengan  adanya  orang-orang  yang  jujur  dalam  batas-batas
tertentu   telah   mengurangi   juga  adanya  pengaruh  yang
menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh  Dermenghem  itu.
Di  antara  mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad
membawakan risalah itu  yang  dipercayakan  Allah  kepadanya
melalui  wahyu  yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat
menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani,  ketinggian
akhlaknya,  harga  dirinya serta jasanya yang tidak sedikit.
Ada yang melukiskan semua itu  dengan  gaya  yang  kuat  dan
indah  sekali.  Meskipun  demikian,  pihak  Barat masih juga
berprasangka  buruk  terhadap  Islam  dan   terhadap   Nabi,
kemudian  demikian  beraninya  mereka  itu sampai-sarnpai di
daerah-daerah Islam sendiri kalangan misionaris  melancarkan
penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum
Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.
 
  Atas semua itu harus  kita  selidiki  sebab-sebab  timbulnya
permusuhan  sengit  dan  peperangan yang begitu dahsyat yang
telah dimulai oleh pihak Kristen terhadap Islam itu. Menurut
hemat   kita,  kurangnya  pengetahuan  pihak  Barat  tentang
hakekat Islam dan sejarah Nabi  adalah  sebab  pertama  yang
menimbulkan  permusuhan itu. Kurangnya pengetahuan ini sudah
tentu  merupakan  sebab-sebab  timbulnya  sikap   kaku   dan
fanatisma  yang  paling  berat dan rumit. Seabad demi seabad
kurangnya  pengetahuan  demikian  ini  makin  bertimbun  dan
kemudian    ia    menjelma    menjadi    patung-patung   dan
berhala-berhala dalam jiwa generasi berikutnya,  yang  untuk
menghilangkannya  tentu  memerlukan suatu kekuatan jiwa yang
besar, seperti pada mula lahirnya kekuatan Islam dulu.

KRISTEN TIDAK SESUAI DENGAN WATAK BARAT
 
Akan tetapi kita melihat ada sebab lain  di  luar  kurangnya
pengetahuan  itu  saja  yang  telah  mendorong  pihak  Barat
menjadi fanatik dan  sampai  membangkitkan  peperangan  yang
begtu  fatal,  sebentar-sebentar  dilancarkan terhadap Islam
dan kaum Muslimin. Juga tidak terlintas dalam  pikiran  kita
tentang  apa yang biasa kita rasakan adanya hubungan politik
yang  buruk  dan   ingin   menguasai   bangsa   lain   untuk
dieksploitir.  Menurut  hemat  kita itu adalah akibat -bukan
sebab- dan adanya fanatisma yang sudah begitu merasuk sampai
ke  soal ilmu dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Sebabnya
ialah, menurut hemat kita, oleh karena ajaran  Kristen  yang
mengajak  orang menjauhkan kehidupan duniawi, sifat maaf dan
pengampunan serta pengertian-pengertian  hidup  rohani  yang
luhur, tidak sesuai dengan perangai Barat, yang sejak ribuan
tahun  dalam  lingkungan  agama   polytheisma,   dan   letak
geografisnya  menghendaki  perjuangan  sengit  melawan iklim
dingin, melawan kesulitan  dan  keadaan  yang  serba  sukar.
Apabila  peristiwa-peristiwa sejarah mengharuskan juga Barat
menganut agama Kristen ini, maka tidak bisa  lain  ia  harus
juga  dilibatkan  ke dalam kancah perjuangan itu dan memaksa
agama itu meninggalkan sifatnya yang lemah-lembut dan indah,
meninggalkan  keseimbangan  rohani  yang  seharusnya menjadi
mata rantai kesatuan yang telah  disempurnakan  oleh  Islam:
yakni  kesatuan  yang  membuat  harmonis  antara  rohani dan
jasmani, antara perasaan dan akal, emosi dan  rasio,  secara
individu dan universal bersama-sama berada dalam hukum alam,
yakni keduanya  sejalan  dalam  ruang  dan  waktu  yang  tak
terbatas.
 
Menurut hemat kita, inilah sumber yang menyebabkan fanatisma
Barat yang memusuhi Islam, suatu sikap yang menyebabkan kaum
Kristen  Abisinia  menjadi  jijik  melihatnya - tatkala kaum
Muslimin  mencari  perlindungan  pada  masa  mula-mula  Nabi
mengajak orang kepada agama Allah.
 
Inilah,  menurut  pendapat  saya,  sebab timbulnya ekses dan
cara yang berlebih-lebihan di  kalangan  orang-orang  Barat,
baik  dalam  beragama  maupun dalam atheisma, fanatisma yang
berlebih-lebihan serta perjuangan yang tidak mengenal  belas
kasihan  dan  tidak  mengenal  ampun.  Apabila  dari  mereka
sejarah sudah mengenal adanya orang-orang suci,  yang  dalam
hidup    mereka    mengikuti    jejak   Isa   Al-Masih   dan
pengikut-pengikutnya, juga sejarah sudah mengenal  kehidupan
bangsa-bangsa di Barat yang selalu hidup dalam pertentangan,
dalam perjuangan, peperangan-peperangan yang  dahsyat,  atas
nama  politik  atau  atas  nama  agama, dan dikenalnya pula,
bahwa paus-paus atau pembesar-penmbesar  gereja  dan  mereka
yang  memegang  kekuasaan  temporal, selalu dalam persaingan
mau saling mengalahkan. Suatu saat golongan ini yang menang,
nantinya yang lain lagi yang menang.
 
Oleh  karena  kemenangan terakhir dalam abad kesembilanbelas
itu berada di tangan kekuasaan temporal6, maka kekuasaan ini
berusaha  hendak  membasmi  kehidupan  rohani atas nama ilmu
pengetahuan. Ia mengira, bahwa dalam kehidupan umat  manusia
ilmu   itu   akan  dapat  menggantikan  iman  seperti  dalam
kehidupan rohani.  Sesudah  melalui  perjuangan  yang  cukup
lama, sekarang mereka mengetahui bahwa pendapat demikian itu
salah sekali, dan bahwa  apa  yang  mereka  tuju  itu  dalam
kenyataannya  tak  mungkin  dapat  dilaksanakan. Sekarang di
Barat terdengar jeritan disana-sini mengajak mereka  kembali
mencari  pegangan  rohani  yang sudah hilang. Mereka mencari
pegangan itu  d  dalam  maupun  diluar  teosofi.7  Sekiranya
ajaran  Kristen  itu  memang sesuai dengan naluri perjuangan
yang telah dibawa oleh  hukum  alam  sebagai  sebagian  cara
hidup  Barat,  sesudah ternyata konsepsi materialisma mereka
tidak berhasil memberikan konsumsi rohani, tentu  akan  kita
lihat  mereka  kembali  mencari  pegangan agama Kristen yang
begitu indah, agama Isa anak Mariam  -kalaupun  Tuhan  belum
akan  membimbing mereka kepada Islam- dan tidak perlu mereka
pergi berpindah  ke  India  atau  ke  tempat  lain,  mencari
pegangan  hidup  rohani,  yang oleh manusia sangat dirasakan
perlunya seperti kebutuhan  bernapas;  sebab  ini  merupakan
sebagian  kodratnya,  bahkan  merupakan  sebagian  dari jiwa
raganya.

PENJAJAHAN DAN PROPAGANDA ANTI ISLAM
 
Ternyata  imperialisma  Barat   memberikan   bantuan   dalam
meneruskan serangan yang mereka lancarkan terhadap Islam dan
terhadap Muhammad,  dan  minta  mereka  supaya  berpendirian
seperti   penduduk  Mekah  yang  menginginkan  supaya  agama
Nasrani menderita kehinaan karena  kekalahan  Heraklius  dan
Rumawi  menghadapi  Persia.  Pernah  mereka mengatakan - dan
masih banyak di antara mereka yang mengatakan - bahwa  Islam
itulah   yang   menyebabkan   mundurnya  bangsa-bangsa  yang
menganutnya dan menyebabkan mereka tunduk kepada pihak lain.
Ini   adalah   kebohongan   yang  kita  tolak  dengan  cukup
mengingatkan  kepada  mereka  yang  mengatakan  itu,   bahwa
peradaban  umumnya  dan  kekuasaan  dunia yang cukup dikenal
selama berabad-abad itu berada di tangan bangsa-bangsa  yang
yang  terdiri  dari  umat  Islam  itulah. Di sana pusat ilmu
pengetahuan  dan  tempat  sarjana-sarjana,  dari  sana  pula
datangnya  pelopor kemerdekaan, yang oleh Barat belum selang
lama ini baru dikenalnya. Apabila mungkin mundurnya beberapa
golongan   bangsa   akan   dihubungkan   dengan  agama  yang
dianutnya, maka agama itu  tentu  bukan  Islam,  Islam  yang
telah  membuat  orang-orang  pedalaman  seluruh jazirah Arab
jadi bangkit dan dapat membuat mereka menguasai dunia.
 
Akan tetapi  kemunduran  bangsa-bangsa  yang  telah  menjadi
beban   bagi   Islam   itu   sangat  disayangkan  bila  akan
dihubungkan kepada agama  yang  sebenarnya  tidak  demikian;
bukan  itu  yang dikehendaki oleh Allah dan oleh Rasul. Tapi
mereka menganggap bahwa yang demikian itulah dasar agama dan
barangsiapa yang menentang ia akan dianggap atheis.

ISLAM DAN APA YANG TERJADI DENGAN UMAT ISLAM
 
Kita tinggalkan dulu bicara tentang agama ini, dan mari kita
lihat   sejarah   orang   yang   membawanya    -    Muhammad
'alaihissalam.
 
Banyak  buku-buku  sejarah  tentang  kehidupan Nabi itu yang
telah- menambahkan hal-hal yang tak dapat diterima akal  dan
yang  memang  tidak  diperlukan  menambahkan  demikian untuk
menguatkan risalahnya itu. Dan apa yang  ditambah-tambahkan,
itulah  yang dijadikan pegangan oleh kalangan Orientalis dan
oleh mereka yang mau mendiskreditkan Islam  dan  Nabi,  juga
oleh  mereka  yang mau mengecam umat Islam; dijadikannya itu
tongkat  penunjuk  dalam  kecaman  mereka  yang  akan  cukup
memanaskan hati setiap orang yang berpikir jujur.
 
Hal semacam ini dan apa yang mereka ciptakan sendiri, itulah
yang menjadi pegangan mereka, lalu mereka mengatakan,  bahwa
mereka  menulis  itu  berdasarkan metoda ilmiah yang modern,
metoda yang  mengemukakan  peristiwa-peristiwa,  orang-orang
dan  pahlawan-pahlawan.  Lalu  diberikannya  suatu penilaian
yang  pantas  jika  dianggap  pada  tempatnya   mengeluarkan
penilaian  demikian.  Dan kalau kita baca dengan seksama apa
yang  mereka  tulis  itu  akan  kita  lihat  bahwa  hal  itu
sebenarnya  penuh  dengan  nafsu  permusuhan  dan caci-maki,
terbungkus  dalam  susunan  kata-kata  yang   tidak   kurang
indahnya,   menarik   hati   mereka   yang   sepaham  dengan
anggapannya, bahwa pembahasannya itu ilmiah, terdorong hanya
akan mencari kebenaran semata-mata, ingin meneropongnya dari
segenap penjuru. Inilah yang dituju oleh penulis-penulis dan
ahli-ahli  sejarah  yang  fanatik  itu.  Hanya  saja, adanya
beberapa orang yang masih dapat berpikir lebih tenang - baik
penulis  atau  sarjana  -menyebabkan  mereka yang berpikiran
bebas itu dapat bersikap lebih  adil  dan  jujur,  sekalipun
dari pihak Kristen sendiri.
 
Dalam  berbagai  macam  bidang  beberapa  ulama  Islam telah
tampil dan berusaha menangkis tuduhan orang-orang Barat yang
fanatik  itu.  Dan  nama  Syaikh  Muhammad  Abduh tentu yang
paling menonjol dalam bidang ini. Tetapi  mereka  ini  tidak
menempuh   metoda   yang  ilmiah  -seperti  didakwakan  oleh
penulis-penulis dan ahli-ahli  sejarah  Eropa,  sebab  hanya
merekalah  yang  memakai  cara  itu.  Maksudnya supaya dalam
menghadapi lawan alasan mereka  lebih  kuat.  Kemudian  lagi
ulama  Islam itu - dan Syaikh Muhammad Abduh yang terutama -
telah dituduh atheis dan kufur. Maka argumentasi mereka  itu
menjadi makin lemah di depan lawan Islam.

SIKAP JUMUD DI KALANGAN PEMUDA
 
Tuduhan  mereka  itu sebenarnya memberi pengaruh besar dalam
jiwa  angkatan  muda  Islam  yang  terpelajar.  Terkesan  di
kalangan  pemuda  itu,  bahwa  atheisma  dan  logika sejalan
dengan  ijtihad  (aktif),  sedang  iman  sama  dengan  Jumud
(pasif).  Oleh  karena itu jiwa mereka gelisah. Mereka pergi
membaca buku-buku Barat;  dengan  itu  mereka  akan  mencari
kebenaran,  dengan  keyakinan bahwa mereka tidak mendapatkan
yang demikian itu  dalam  buku-buku  kaum  Muslimin.  Dengan
sendirinya  buku-buku  agama  dan sejarah Kristen tidak juga
terpikirkan  oleh  mereka;  mereka  sudah  hanyut  ke  dalam
buku-buku  filsafat,  yang  dengan  gayanya  yang ilmiah itu
mereka mencari setitik  air  yang  akan  menghilangkan  rasa
dahaga  akan  kebenaran  yang ada dalam jiwa mereka itu, dan
dengan logika yang dikemukakannya sudah merupakan nyala suci
yang   masih   tersembunyi   dalam  jiwa  umat  manusia  dan
dijadikannya pula alat  komunikasi  yang  akan  mengantarkan
mereka  kepada  alam  serta  kebenaran yang tertinggi. Dalam
buku-buku Barat, baik dalam filsafat, etika atau  humanities
pada  umumnya  banyak  sekali yang akan mereka dapati dengan
sangat menarik hati, baik karena gayanya  yang  indah,  atau
karena  logikanya  yang kuat serta apa yang tampaknya hendak
memperlihatkan adanya kemauan  baik  dan  niat  yang  ikhlas
hendak  mencapai pengetahuan demi kebenaran. Oleh karena itu
jiwa pemuda-pemuda itu  jadi  jauh  dari  pemikiran  tentang
agama-agama   semua   dan   tentang   risalah   Islam  serta
pembawanya.
 
Sikap mereka  itu  guna  menghindarkan  diri  jangan  sampai
timbul  konflik antara mereka dengan kebekuan beragama sebab
mereka yakin takkan dapat mengalahkannya, juga karena mereka
tidak   menyadari,  betapa  pentingnya  hubungan  yang  akan
mengangkat martabat manusia ke tingkat yang lebih  sempurna,
sehingga kekuatan moralnyapun akan berlipat-ganda.
 
Pemuda-pemuda  itu  telah  menghindarkan diri dari pemikiran
tentang agama-agama itu semuanya, juga tentang risalah Islam
dan  pembawanya.  Lebih-lebih lagi mereka menghindarkan diri
itu karena ilmu pengetahuan positif dan filsafat positivisma
yang  mereka  lihat  mengatakan  bahwa masalah-masalah agama
berada di luar logika dan tidak masuk  ke  dalam  lingkungan
pemikiran  ilmiah,  dan  segala yang berhubungan dengan itu,
dalam bentuk pemikiran metafisika  juga  sama  sekali  tidak
termasuk dalam metoda ilmiah. Kemudian mereka melihat adanya
pemisahan yang begitu jelas  dan  tajam  antara  gereja  dan
negara  di  Barat,  serta  melihat  negara-negara yang sudah
menentukan dalam undang-undang dasarnya, bahwa kepala negara
adalah  pelindung  Protestan  atau  Katolik, atau menentukan
bahwa agama negara yang resmi adalah Kristen, dengan  maksud
supaya  dengan  demikian  hari-hari  besar  yang berhubungan
dengan itu tidak bertambah  banyak.  Bertambah  kuat  mereka
bertahan  dalam pemikiran ilmiah dan segala yang berhubungan
dengan itu, perhatian merekapun akan  bertambah  besar  pula
terhadap masalah-masalah filsafat, ilmu dan budaya.
 
Setelah tiba masanya mereka harus berpindah dari dunia studi
ke tengah-tengah kehidupan praktis,  kehidupan  itu  membuat
mereka     lebih    sibuk    daripada    hanya    memikirkan
masalah-masalah, yang tadinya sudah mereka tinggalkan.  Maka
arah  pemikiran  itu  masih  tetap  dalam arus yang pertama:
melihat kebekuan berpikir itu dengan rasa kasihan dan sinis-
Ia terus menghirup udara pemikiran Barat dan filsafat Barat,
yang dirasakannya begitu lejat, sehingga bertambah kagum ia,
bertambah  kuat  bertahan  atas  apa yang sudah diperolehnya
itu.
 
Memang tak dapat disangkal, bahwa dewasa  ini  Timur  sangat
perlu  sekali  menghirup  udara  Barat  dalam cara berpikir,
dalam ilmu dan budaya. Dunia Islam di Timur dewasa ini sudah
terputus   dari  Islam  masa  lampau  oleh  adanya  kebekuan
berpikir dan fanatisma selama  berabad-abad.  Cara  berpikir
masa  lampau  yang  sehat  sudah begitu tebal tertimbun oleh
kebodohan dan serba prasangka  terhadap  segala  yang  baru.
Maka  tak  ada  jalan  lain,  bagi yang ingin mengikis semua
timbunan  itu,  ia  harus   bersandar   pada   bentuk-bentuk
pemikiran  dunia  yang  lebih  baru,  supaya dengan demikian
dapat mencapai masa kini yang  cemerlang  serta  peninggalan
masa lampau yang gemilang.

USAHA-USAHA MODERNISASI DUNIA ISLAM
 
Sudah  sepantasnya kalau kita mengatakan kepada Barat, bahwa
penyelidikan-penyelidikan  berharga  yang   dilakukan   oleh
sarjana-sarjana   Barat   dewasa  ini  tentang  sejarah  dan
studi-studi Islam dan Dunia Timur, telah membuka jalan  baru
bagi  pemuda-pemuda Islam sendiri dan pemuda-pemuda di Timur
dalam memperbanyak bahan-bahan  penyelidikan  tentang  studi
itu. Dan harapan akan sampai kepada kebenaranpun lebih besar
pula. Dengan sendirinya mereka  akan  lebih  mudah  memahami
jiwa  Islam  dan  jiwa Timur. Oleh karena orientasi baru itu
sudah dimulai  dari  Barat,  maka  pemuda-pemuda  itu  harus
mengikutinya    terus   sambil   mengadakan   koreksi   atas
kesalahan-kesalahan yang  ada,  lalu  menanamkan  jiwa  yang
sebenarnya  hidup  dalam  sejarah, diteruskan sampai ke masa
kini. Bukan  hanya  sebagai  studi  dan  penyelidikan  saja,
tetapi  juga  harus dilihat sebagai suatu peninggalan rohani
dan  mental  yang  patut  diwakili  oleh  para   pewarisnya;
penerangan   harus   ditambah   dan   diperbanyak,  sehingga
kebenaran yang tersembunyi itu akan tampak lebih jelas.
 
Dewasa  ini  banyak  sudah  pemuda-pemuda  yang   mengadakan
penyelidikan-penyelidikan    dengan   metoda   ilmiah   yang
sebenarnya.   Kalangan   Orientalis   sendiripun   mendukung
usaha-usaha  mereka  dan  sangat menghargai jasa-jasa mereka
itu.

MISI PENGINJIL DAN GOLONGAN YANG BERPIKIRAN BEKU
 
Sementara kerja-sama ilmiah yang seharusnya akan  memberikan
hasil  yang  baik  ini lahir, tiba-tiba timbul pula kegiatan
pihak gereja Kristen melakukan serangkaian serangan terhadap
Islam  dan terhadap Muhammad demikian rupa, tidak kurang dan
apa  yang  kita  sebutkan  tadi.  Di   samping   itu   pihak
imperialisma  Baratpun  mendukung  pula kegiatan ini, dengan
segala kemampuan yang ada  padanya,  atas  nama  kemerdekaan
berpikir. Padahal mereka yang melakukan serangan dan kecaman
itu telah  keluar  meninggalkan  negerinya  sendiri,  mereka
terpisah dari apa yang mereka namakan ,peneguhan iman, dalam
jiwa    saudara-saudara    mereka    seagama    itu.    Juga
penganjur-penganjur  kebekuan  berpikir  (jumud) di kalangan
kaum Muslimin sendiri telah mendapat  dukungan  imperialisma
pula.   Selanjutnya   tangan   imperialisma  ini  juga  yang
memberikan dorongan kepada apa saja yang dapat diselundupkan
ke  dalam Islam - dan yang sebenarnya bukan dari Islam - dan
ke dalam sejarah  hidup  Rasul,  berupa  dongengan-dongengan
yang  tak  masuk  akal  dan  bertentangan  dengan selera. Ia
memberikan dorongan kepada usaha-usaha orang  yang  mengecam
Islam  dan  mengecam  Muhammad  dengan  apa  saja yang dapat
dimasukkan ke dalam Islam dan ke dalam sejarah Rasul.

TERPIKIR MENULIS BUKU INI
 
Tugas pekerjaan saya memberi kesempatan kepada saya  melihat
peristiwa-peristiwa  itu  pada beberapa daerah Islam sebelah
timur, bahkan di seluruh  daerah  Islam,  serta  mempelajari
adanya  maksud  yang  ingin  mengikis  habis kehidupan moral
daerah-daerah  itu   dengan   jalan   membasmi   kemerdekaan
berfikir,  kebebasan  menyelidiki demi kebenaran itu. Terasa
oleh saya bahwa saya memikul suatu kewajiban dalam hal  ini.
Maksud yang menjadi tujuan rencana itu, yang sebenarnya akan
membahayakan seluruh umat manusia - bukan hanya membahayakan
Islam  dan  dunia  Timur  saja  -  harus  dipatahkan. Apatah
kiranya  bencana  yang  lebih  besar  menimpa  umat  manusia
daripada  kekerdilan  dan  kebekuan berpikir, yang sepanjang
sejarah lebih dari separohnya telah menimpa peradaban.
 
Karena  itu  terpikir  oleh  saya  -dan  lama  sekali   saya
memikirkan  hal  itu-  yang  akhirnya mengantarkan pemikiran
saya itu kepada  suatu  studi  tentang  kehidupan  Muhammad,
pembawa  risalah  Islam  itu,  tentang sasaran kecaman pihak
Kristen di satu segi, dan  tentang  kebekuan  berpikir  kaum
Muslimin  sendiri  dari  segi  lain.  Akan  tetapi studi ini
hendaknya bersifat ilmiah, sejalan dengan metoda  modern  di
Barat, demi kebenaran, dan untuk kebenaran semata.
 
Saya  mulai  dengan  membahas  sejarah  hidup Muhammad. Saya
ulangi lagi dengan memeriksa Sirat ibn Hisyam, Tabaqat  oleh
Ibn Sa'd, al-Maqhazi oleh al-Waqidi, demikian juga buku Syed
Ameer, Ali The Spirit of Islam. Kemudian  tidak  lepas  saya
membaca  buku-buku  beberapa  Orientalis, seperti Dermenghem
dan Washington Irving. Ketika pada musim dingin  tahun  1932
saya  berada di Luxor, saya pergunakan kesempatan ini dengan
mulai  menulis.  Ketika  itu  saya  masih   ragu-ragu   akan
mengadakan penyelidikan yang akan saya kemukakan kepada para
pembaca ini sebagai  suatu  hasil  pekerjaan  saya  sendiri,
sebab saya kuatir akan timbul heboh dari golongan yang masih
beku   cara   berpikirnya   dan   masih    percaya    kepada
bermacam-macam  takhayul,  sehingga kelak tujuan saya semula
akan terganggu karenanya.
 
Akan tetapi adanya sambutan yang saya terima,  dorongan  dan
sumbangan   pikiran   yang   diberikan   kepada   saya  oleh
pemuka-pemuka lembaga  cukup  menunjukkan  adanya  perhatian
terhadap  penyelidikan yang akan saya lakukan ini. Saya jadi
berpikir lebih sungguh-sungguh lagi hendak melaksanakan niat
saya  menulis  sejarah  hidup Muhammad ini lebih terperinci,
dengan cara yang ilmiah. Sekarang saya memikirkan jalan yang
paling  baik  dalam  meneliti  sejarah  itu,  sesuai  dengan
kemampuan yang ada pada saya.

QUR'AN SEBAGAI SUMBER PALING OTENTIK
 
Sudah jelas buat saya,  bahwa  sumber  yang  paling  otentik
dalam  penulisan  sejarah  ini  ialah  Qur'an  Suci. Segala
peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan Nabi,  diberikan
isyaratnya  dalam  Qur'an,  sehingga  dapat  dipakai sebagai
bahan penunjuk dalam mengadakan pembahasan itu. Dengan dasar
itu  dapat  pula  diteliti apa yang terdapat dalam buku-buku
Hadis dan sejarah Nabi yang  bermacam-macam  itu.  Saya  pun
berusaha  hendak  mengetahui  sesuatu  dalam Qur'an yang ada
hubungannya dengan kehidupan Nabi. Suatu bantuan besar dalam
hal  ini  telah  diberikan kepada saya oleh Tuan Ahmad Lutfi
as-Sayyid,  pejabat  pada  Perpustakaan  (Nasional)   Mesir,
berupa  buku-buku referensi, bab demi bab, tentang ayat-ayat
Qur'an yang berhubungan dengan kehidupan  orang  yang  telah
diberi  Wahyu  Kitab  Suci itu. Saya cocokkan ayat-ayat itu,
dan rupanya harus juga saya pelajari  sebab-sebab  turunnya,
waktu  turunnya serta hubungannya satu sama lain. Harus saya
akui juga - sedemikian  jauh  saya  berusaha  -  belum  juga
bertemu dengan semua yang saya maksudkan. Kadang kitab-kitab
tafsir Qur'an memberi petunjuk ke arah ini, tapi kadang juga
tidak.  Buku-buku  seperti  Asbab'n-Nuzul oleh al-Wahidi dan
An-Nasikh wal-Mansukh oleh Ibn Sallama hanya dengan  singkat
saja  membicarakan  persoalan yang sangat berharga ini, yang
justru patut mendapat penelitian dan pembahasan.
 
Akan tetapi apa yang saya temukan dalam kedua buku  itu  dan
dalam  buku-buku  tafsir  mengenai  beberapa rnasalah, dapat
juga  saya  pergunakan  sebagai  bahan  penelitian  terhadap
buku-buku  lain  mengenai sejarah Nabi. Dalam kedua buku itu
dan dalam buku-buku tafsir tersebut  saya  temukan  beberapa
hal  yang  patut  sekali  dikoreksi  oleh  ulama yang sudah
mendalami pengetahuan Qur'an dan Hadis serta  mencocokkannya
kembali secara lebih teliti.
Setelah  agak jauh saya mengadakan penyelidikan, tampak oleh
saya   adanya  konsultasi   yang  tepat  sekali  disampaikan
kepada  saya  dari  beberapa pihak, lebih-lebih lagi -dengan
sendirinya- dari kalangan guru-guru besar dan  pemuka-pemuka
agama.  Dan  bantuan  paling  besar  saya  terima ialah dari
Perpustakaan (Nasional) Mesir dan para pejabatnya yang telah
mengulurkan  tangan  memberikan bermacam-macam bantuan, yang
sebagai   penghargaan   tidak   cukuplah   rasanya    ucapan
terimakasih   saya  ini.  Memadai  juga  kiranya  bila  saya
sebutkan, bahwa Tuan 'Abd'r-Rahim  Mahmud,  Korektor  bagian
Lektur pada Perpustakaan, tidak jarang pula membebaskan saya
dari harus pergi sendiri ke perpustakaan  serta  meminjamkan
buku-buku  yang  saya  kehendaki disertai sikap ramah-tamah,
baik oleh Direktur atau pejabat-pejabat tinggi lainnya  yang
bertugas.  Juga  perlu saya sebutkan, bahwa setiap kali saya
mengunjungi perpustakaan itu sehubungan dengan  penyelidikan
yang  perlu  saya lakukan, selalu saya menerima layanan yang
begitu baik sekali, baik dari pejabat  tinggi  atau  pejabat
ba'vahan,  baik  yang saya kenal atau yang tidak saya kenal.
Dalam hal saya kadang terbentur pada beberapa masalah,  maka
datanglah  kawan-kawan  itu membukakan jalan, sehingga tidak
jarang hal ini merupakan  bantuan  yang  besar  sekali  bagi
sayaa  Sering  juga  saya  jumpai  bantuan demikian itu dari
Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi,  Rektor  Al-Azhar,  dari
sahabat   karib   saya   Ja'far  (Pasya)  Wali,  yang  telah
meminjamkan beberapa buah buku kepada  saya  seperti  Shahih
Muslim  dan  buku-buku sejarah tentang Mekah. Ditunjukkannya
pula beberapa masalah, diantarkannya  saya  ke  tempat  yang
saya  perlukan.  Demikian  juga  sahabat saya Makram 'Obaid,
telah  meminjamkan  buku  Sir  William  Muir,  The  Life  of
Mohammad8,  buku  Lammens,  L'Islam,  di samping pertolongan
yang saya peroleh dari karya-karya kontemporer  yang  sangat
berharga    seperti    Fajr'l-lslam    oleh    Ahmad   Amin,
Qishah'l-Anbia'    oleh     'Abd'l     Wahhab     an-Najjar,
Fil-Adab'l-Jahili   oleh   Dr.  Taha  Husain,  Al  Yahud  fi
Bilad'l-'Arab oleh Israel Wilfinson. Selain itu banyak  lagi
buku-buku  lain  oleh  penulis-penulis kontemporer yang saya
sebutkan dalam bibliografi buku-buku  lama  dan  baru,  yang
saya pergunakan dalam menyiapkan buku ini.

DALAM BATAS-BATAS BIOGRAFI, TIDAK LEBIH
 
Setiap  saya  mengadakan  penyelidikan  demikian  ini  lebih
dalam, ternyata ada beberapa problema  di  depan  saya  yang
perlu dipikirkan lagi dan diselidiki lebih lanjut guna dapat
mengatasinya. Seperti  buku-buku  sejarah  dan  tafsir  yang
telah   memberikan   petunjuk   kepada   saya  dengan  cukup
memuaskan,  demikian  juga  halnya  dengan  buku-buku   para
Orientalis. Akan tetapi dalam menghadapi masalah-masalah itu
tampaknya terpaksa saya harus  membatasi  diri  hanya  dalam
menyelidiki kehidupan Muhammad saja, dengan tidak mengurangi
persoalan-persoalan lain yang kiranya ada hubungannya dengan
penyelidikan  ini. Kalau saya mau menyelidiki segala sesuatu
yang berhubungan dengan  sejarah  hidup  orang  yang  begitu
besar dan cemerlang ini, tentu diperlukan penulisan beberapa
jilid  dalam  ukuran  seperti  buku  ini.  Baik  juga   saya
sebutkan,  bahwa Caussin de Perceval menulis tiga jilid buku
dengan judul Essai sur l'Histoir des Arabes,  jilid  pertama
dan  kedua  mengenai  sejarah  dan kehidupan kabilah-kabilah
Arab,  jilid  ketiga  tentang   Muhammad   dan   dua   orang
Khalifahnya,  Abu  Bakr  dan Umar. Demikian juga Tabaqat Ibn
Sa'd yang terdiri  dari  beberapa  jilid,  jilid  pertamanya
khusus  tentang  kehidupan  Muhammad, sedang yang selebihnya
mengenai kehidupan para Sahabatnya.
 
Dalam mengadakan penyelidikan ini pada mulanya memang  tidak
saya  maksudkan  hendak  melampaui  batas  sejarah kehidupan
Muhammad,  sebab  saya  tidak  ingin  membiarkan  ini  nanti
menjadi  kacau,  sehingga  akan  menyimpang dari tujuan yang
saya maksud.
 
Hal lain yang menahan saya hanya  pada  batas-batas  sejarah
hidup ini, ialah karena indahnya dan besarnya peristiwa itu,
sehingga  yang  lainpun  rasanya  akan  tertutup  karenanya.
Alangkah besarnya Abu Bakr! Alangkah besarnya Umar! Keduanya
dalam masa Khilafat mereka  masing-masing  merupakan  cahaya
bintang   sehingga  yang  lain  tertutup  karenanya.  Betapa
besarnya sahabat-sahabat dahulu  itu  mendampingi  Muhammad,
dibuktikan  oleh  generasi  demi  generasi dan yang kemudian
menjadi kebanggaan generasi itu!
 
Akan tetapi - selama masa hidup Nabi -  mereka  semua  masih
dapat   bernaung   di  bawah  kebesarannya,  masih  mendapat
percikan sinarnya.
 
Bagi orang yang menyelidiki sejarah hidup Rasul, tidak mudah
akan dapat meninggalkan hal itu untuk berpindah ke soal yang
lain. Hal ini terasa sekali apabila pembahasan demikian  ini
didasarkan kepada metoda ilmiah yang baru, seperti yang akan
saya coba ini; yang dengan metoda itu pula justru kelak akan
terlihat   kebesaran   Muhammad,  kebesaran  yang  sekaligus
menguasai pikiran, hati nurani  dan  perasaan  manusia,  dan
menanamkan  rasa hormat karenanya, hormat dan percaya betapa
kuatnya kebesaran itu, yang dalam hal ini baik  bagi  Muslim
atau non-Muslim tidakkan berbeda pendapat.

PENYELIDIKAN BERGUNA BAGI SELURUH UMAT MANUSIA
 
Kalau kita ke sampingkan mereka yang masih fanatik dan keras
kepala, yang  dalam  merendahkan  kebesaran  Muhammad  sudah
menjadi  kebiasaan  mereka, seperti yang dilakukan oleh kaum
misi  penginjil  dan  sebangsanya,  maka  rasa  hormat  akan
kebesaran  dan  percaya akan kuatnya kebesaran itu akan kita
baca   jelas   sekali   dalam   buku-buku    sarjana-sarjana
Orientalis.   Dalam   Heroes   and   Hero  Worship,  Carlyle
membicarakan satu pasal tentang Muhammad yang digambarkannya
sebagai percikan sinar Ilahi yang kudus yang telah diberikan
kepadanya, kemudian dilukiskannya rasa hormat atas kebesaran
yang  luarbiasa kuatnya itu. Demikian juga Irving, Sprenger,
Weil   dan   Orientalis   lainnya,    masing-masing    dapat
menggambarkan  kebesaran  Muhammad  dengan  cara  yang  kuat
sekali. Apabila salah seorang di antara  mereka  itu,  dalam
memasuki   beberapa   masalah  masih  menganggap  ada  suatu
kekurangan pada diri pembawa risalah Islam itu,  maka  tidak
lain  itu  hanya  karena  mereka  belum  lagi mengujinya dan
meneliti secara  ilmiah  yang  lebih  saksama,  atau  karena
mereka berpegang pada beberapa buku sejarah atau tafsir yang
masih diragukan kebenaran sumbernya, dengan melupakan  bahwa
buku-buku  biografi  yang pertama itu baru dua abad kemudian
sesudah    masa    Muhammad    ditulis     orang,     dengan
menyelip-nyelipkan,   -baik   dalam   sejarah   atau   dalam
ajaran-ajarannya,- Israiliat (dongeng-dongeng  Judaica)  dan
ribuan  hadis-hadis  palsu.  Meskipun  kaum  Orientalis  itu
mengakui kenyataan ini,  namun  mereka  tidak  mau  mengakui
kelalaiannya  sendiri  untuk  dapat  menentukan sesuatu yang
dianggapnya benar itu;  padahal  dengan  sedikit  penelitian
saja  sudah  akan  dapat ditolak. Di antaranya soal gharaniq
misalnya,  soal  Zaid  dan  Zainab,  soal  perkawinan   atau
isteri-isteri Nabi, yang justru akan menjadi bahan pengujian
dan penelitian dalam buku ini.
 
Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan  bahwa  saya  sudah
sampai  ke  tujuan  terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup
Muhammad. Bahkan  barangkali  akan  lebih  tepat  bila  saya
katakan,  bahwa  saya  baru dalam taraf permulaan mengadakan
penyelidikan dengan  metoda  ilmiah  yang  baru  ini,  dalam
bahasa  Arab.  Segala daya upaya yang saya gunakan dalam hal
ini tidak lepas dari, bahwa buku ini  baru  merupakan  taraf
permulaan  dalam  penyelidikan  Islam  dari  segi ilmiahnya.
Bilamana sudah ada  sarjana-sarjana  dan  ahli-ahli  sejarah
yang   mengkhususkan   diri  menyelidiki  salah  satu  kurun
(perioda)  dalam  sejarah  -  seperti  Aulard9  yang  khusus
menyelidiki  sejarah revolusi Perancisl dan beberapa sarjana
lain yang juga menyelidiki masa-masa tertentu dalam  sejarah
pelbagai bangsa     maka  patut  sekali  bila  atas biografi
Muhammad ini secara khusus juga diadakan penyelidikan ilmiah
yang menyeluruh, yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan,
yang khusus pula dalam bidangnya masing-masing. Tidak sangsi
lagi  saya, bahwa pengkhususan dan penyelidikan ilmiah untuk
waktu yang begitu singkat dalam  sejarah  tanah  Arab  serta
hubungannya  dengan  aneka  macam bangsa waktu itu, hasilnya
akan berguna sekali, bukan saja bagi Islam dan  umat  Islam,
tetapi  juga  untuk  seluruh  dunia. Dari segi psikologi dan
kehidupan rohani hal ini akan merupakan masalah yang berguna
sekali  bagi  ilmu  pengetahuan,  di samping penerangan yang
akan diperoleh dari segi-segi kehidupan  sosial,  etika  dan
hukum.  Dalam  menghadapi masalah ini ilmu pengetahuan masih
saja maju-mundur,  terpengaruh  oleh  pertentangan  agama  -
Islam  dan  Kristen  - serta adanya usaha-usaha yang sia-sia
hendak melakukan  westernisasi  terhadap  orang  Timur  atau
kristenisasi  terhadap  kaum  Muslimin, suatu hal yang telah
menghasilkan  kegagalan   dan   kekecewaan   generasi   demi
generasi,  dan  di mana-mana telah menimbulkan pengaruh yang
buruk dalam hubungan umat manusia satu sama lain.
 
Dengan melihat lebih jauh dari semua itu  saya  berpendapat,
bahwa    penyelidikan   demikian   sudah   seharusnya   akan
mengantarkan umat manusia ke  jalan  peradaban  modern  yang
selama  ini dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat merasa
terlalu besar akan mendapatkan cahaya baru  itu  dari  Islam
dan  dari  Rasulnya,  lalu menantikan cahaya itu akan datang
dari teosofi India dan dari pelbagai macam aliran Timur Jauh
lainnya,  maka orang-orang di Timur, baik umat Islam, Yahudi
atau Kristen, sudah  layak  sekali  mengadakan  penyelidikan
berharga  ini  dengan  sikap  yang  bersih dan jujur - yakni
satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.
 
Cara pemikiran Islam -yang pada  dasarnya  adalah  pemikiran
ilmiah  menurut  metoda modern dalam hubungan manusia dengan
lingkungan hidup sekitarnya, yang dari  segi  ini  realistik
sekali   berubah  menjadi  pemikiran  yang  subyektif,  yang
bersifat pribadi, ketika masalahnya menjadi hubungan manusia
dengan alam semesta dan Pencipta alam.
 
Dengan   demikian,   dari  segi  psikologi  dan  kerohanian,
timbullah pengaruh-pengaruh,  yang  di  dalam  menghadapinya
ilmu   pengetahuan   sendiri  jadi  kebingungan,  tak  dapat
mengiakan atau meniadakannya. Dengan demikian ia lalu  tidak
menganggapnya sebagai kenyataan-kenyataan ilmiah. Sungguhpun
begitu kenyataan ini menjadi sendi kebahagiaan hidup manusia
dan  merupakan  unsur formatif dalam tingkah-lakunya. Apakah
hidup itu? Apa pula hubungan  manusia  dengan  alam  semesta
ini?   Apa   yang   menggairahkan   hidupnya.   Apakah  arti
kepercayaan bersama, yang memberikan  kekuatan  moril  dalam
masyarakat,  yang  dengan  lemahnya kepercayaan bersama itu,
masyarakatpun akan turut pula menjadi  lemah?  Apakah  wujud
itu?  Dan  apa  pula kesatuan wujud itu? Bagaimana kedudukan
manusia dalam kesunyian dan eksistensinya?
 
Masalah-masalah  demikian  ini  berada  di  bawah  kekuasaan
logika  abstraksi  yang sudah mempunyai bahan literatur yang
begitu  berlimpah-limpah  banyaknya.  Akan   tetapi,   dalam
menyampaikan  manusia  kepada  kebahagiaannya,  pemecahannya
akan  lebih  dekat  kita   peroleh   dalam   kehidupan   dan
ajaran-ajaran Muhammad daripada dalam logika abstraksi, yang
selama berabad-abad sejak  dinasti  Abbasia,  kaum  Muslimin
telah   menghabiskan   umurnya   untuk  itu.  Demikian  juga
orang-orang di Barat, selama  tiga  abad  sejak  abad  ke-16
hingga  abad  ke-19  mereka telah menghabiskan umur mereka -
kecuali ilmu pengetahuan  modern  -  yang  berakhir  membawa
nasib  Barat seperti yang dialami kaum Muslimin masa lampau.
Seperti pada masa lampau, masa  kinipun  ilmu  itu  kemudian
terancam   akan   terbentur   pula  tanpa  dapat  memberikan
kebahagiaan kepada umat manusia.
 
Maka tak ada jalan lain kiranya untuk  mencapai  kebahagiaan
hidup  kecuali  dengan  kembali  mencari  hubungan subyektif
dengan alam ini sebaik-baiknya serta  dengan  Pencipta  alam
ini,  Yang  tak  terikat  oleh  ruang dan waktu, Yang mutlak
dalam kesatuan yang  tak  berubah-ubah,  selain  dalam  arti
nisbi dalam hubungannya dengan hidup kita yang singkat ini.
 
Sudah  tentu,  sejarah  hidup  Muhammad  ini  adalah  contoh
terbaik dalam mengadakan studi  tentang  hubungan  subyektif
dalam  arti  teori, atau dalam arti praktek, bagi orang yang
mempunyai kemampuan ke arah  itu.  Mengingat  jauhnya  jarak
dalam  arti hubungan Ilahi, seperti yang telah dianugerahkan
Tuhan kepada Rasulullah, maka orang akan dapat  mencoba  hal
itu  pada  taraf  permulaan. Menurut hemat saya, kedua macam
studi ini -  bila  sudah  dapat  disesuaikan  -  akan  dapat
mengangkat  martabat  dunia  kita  sekarang  ini dari lembah
paganisma,  menurut  kepercayaan   agama   dan   pengetahuan
masing-masing;    paganisma   yang   telah   membuat   harta
satu-satunya tempat pujaan (mammonisma),  dengan  meremehkan
nilai-nilai  seni,  ilmu, moral dan bakat manusia. Bisa jadi
penyesuaian demikian ini  masih  jauh.  Akan  tetapi  adanya
gejala-gejala   akan   lenyapnya   paganisma  yang  sekarang
menguasai dunia kita, mengemudikan kebudayaan yang  berkuasa
sekarang,  tampak  jelas  sekali  bagi setiap orang yang mau
mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa dunia.
 
Apabila secara  khusus  dipelajari  sungguh-sungguh  sejarah
hidup  Muhammad  itu  sebagai  Nabi  serta ajaran-ajarannya,
masanya  dan  revolusi  rohani  yang  dibawanya  yang  telah
tersebar ke seluruh dunia, barangkali gejala-gejala ini akan
makin jelas  di  depan  mata  dunia,  bahwa  masalah-masalah
rohani ini adalah timbul dari pengaruh yang ditinggalkannya.
Jika studi ilmiah dan studi yang subyektif  mengenai  tenaga
umat  manusia  yang  masih  tersimpan  ini,  dapat  menambah
hubungan umat manusia dengan hakikat alam yang lebih tinggi,
maka itu sudah merupakan perletakan batu pertama dalam sendi
peradaban modern.
 
Buku inipun  tidak  lebih  adalah  sebagai  usaha  permulaan
kearah  itu,  seperti  sudah saya sebutkan. Kiranya cukuplah
bagi saya bilamana buku ini dapat  meyakinkan  orang,  dapat
meyakinkan   para  sarjana  dan  ahli-ahli  akan  pentingnya
spesialisasi dan pengkhususan  guna  mencapai  tujuan  dalam
menyelidiki  sesuatu  bidang  itu. Andaikata usaha ini dapat
memberi hasil kepada  salah  satu  atau  kedua  tujuan  itu,
inipun  sudah  merupakan  imbalan  yang cukup besar terhadap
daya upaya yang saya lakukan. Dan  Allah  jualah  yang  akan
membalas jasa mereka yang telah berbuat kebaikan.
 
MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
 
Catatan kaki:
-------------
[1] Gelar raja-raja keluarga Sasani di Iran, dalam literatur
Islam biasa  disebut  Kisra  (Khosrau,  Khosroes).  Kisra  I
Anusyirwan, putera Kavadh I yang berperang melawan Bizantium
di bawah Yustinianus. Kisra II Parvez, putera Ormizd IV  dan
cucu Kisra I menyerang Anatolia dan Suna sampai di Bosporus.
Syahrvaraz dapat  menaklukkan  Damaskus  dan  Yerusalem  dan
Salib  Besar  (The  True  Cross) diambil, kemudian Heraklius
dapat mengalahkan Persia di Niniveh  (626).  Kisra  lari  ke
Ctesiphon  (Mada'in). Ia dipenjarakan oleh anaknya Kavadh II
(Syiruya)  dan  empat  hari  kemudian  dibunuh  (628)  dalam
penjara (A).
[2]  Dalam  buku  A  J.  Butler  The  Arab Conquest of Egypt
penulis itu menyebutkan bahwa nama panglima itu Khoriyam dan
bahwa  nama  Shahravaas atau Shahrabaraz atau Sheravizeh dan
lain-lain, yang terdapat dalam pelbagai buku hanyalah  suatu
perubahan  saja  dari  nama Persia, Shahar dan Wazar sebagai
suatu gelar yang berarti  "Babi  Hutan  Sang  Raja"  sebagai
lambang  kekuatan dan keberanian. Gambarnya dilukiskan dalam
cincin Persia Lama dan juga dalam cincin Armenia (Lihat  The
Arab Conquest of Egypt, p. 53)
[3]  Sebuah kota di Suriah, terletak 106 km. Selatan Damsyik
berbatasan dengan Yordania.  Dalam  sejarah  lama  kota  ini
dikenal  dengan  nama  Edrei.  Sekarang  dilcenal dengannama
Dar'a (A).
[4] Bushra atau Bostra, sebuah kota lama  di  Hauran,  barat
daya  Suria,  kira-kira  106 km dari Damsyik dan 35 km. dari
Adhri'at (A).
[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
berikutnya.
[6]  Az zamani, harfiah mengenai zaman, mengenai tempo, yang
secara termenologi  berarti  temporal.  Untuk  menghindarkan
adanya   perbedaan   semantik,  yang  juga  dapat  diartikan
"sementara, duniavii"  atau  "sekular"  maka  di  sini  saya
mempergunakan istilah secara harfiah (A).
[7]  Teosofi adalah suatu ajaran yang ditanamkan oleh Madame
Blavatsky dari  bermacam-macam  agama  terutama  Buddha  dan
Brahma.  Ajaran  ini mendirikan sebuah organisasi di Amerika
dipimpin  oleh  Madame  Blavatsky   sendiri,   bernama   The
Theosophical   Society,  dan  cabang-cabangnya  tersebar  di
beberapa tempat di Eropa.  Tetapi  begitu  Madame  Blavatsky
meninggal,  organisasi  Teosofl  inipun  pecah menjadi tiga.
Aktifitasnya didasarkan kepada adanya kesatuan hidup  dengan
mengadakan  semacam  latihan  mistik  untuk mencapai Nirwana
menurut ajaran Buddha. Tingkat ini  dapat  dicapai  bilamana
dalam   latihannya   itu   orang   sudah  benar-benar  dapat
memisahkan ruh dari pengaruh hidup kebendaan. Apabila dengan
demikian  ruh sudah mencapai tempat yang suci, maka ruh yang
lebih tinggi dapat menghubunginya. Ajaran Teosofi menyerukan
persaudaraan   secara   menyeluruh,   tanpa  membeda-bedakan
bangsa, bahasa dan segala yang akan membatasi  manusia  dari
tujuan tersebut.
[8]  Buku  Muir  ini  terdiri dari dua edisi, aslinya dengan
judul The Life of Mahomet and the History of Islam (1858)  4
jilid. Kemudian diringkaskan oleh T.H. Weir dengan judul The
Life of Mohammad from Original Sources (1923) (A).
[9] A. Aulard pengarang Histoire Politique de la  Revolution
Francaise  mengkhususkan penulisan sejarah revolusi Perancis
untuk masa 15 tahun saja (1789 - 1804) dalam 4 jilid (A).
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
 
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
   Sejarah Hidup Muhammad SAW: Kecemburuan Ummahatul Mukminin 




0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...