Suara azan yang didengarnya pertama meninggalkan kesan yang begitu mendalam dalam hatinya. Ia tak pernah mengerti apa yang terjadi, tapi sejak itu ia merasa ada sesuatu yang berubah pada dirinya. Ia ingin tahu apa makna semua itu, apa arti kata-kata yang didengarnya saat azan. Dan semua itu terjawab bertahun-tahun kemudian.
Namanya Janna, orang Yunani asli tapi lahir di Jerman. Keluarganya
adalah penganut agama Kristen ortodok yang sangat taat. Kedua oran
tuanya memastikan semua anak-anaknya, termasuk Janna, dididik dan
dibesarkan dengan ajaran Kristen, dengan cara ortodok yang tradisional.
Keluarga Janna selalu pergi liburan bersama-sama. Ketika berusia antara 12-13 tahun, Janna dan keluarga besarnya berlibur ke Uni Emirat Arab. Inilah liburan yang paling berkesan bagi Janna sepanjang hidup. Siapa kira liburan itu yang kemudian menuntunnya pada Islam. Agama yang dipeluknya sekarang.
Janna kembali mengingat kembali liburannya ketika itu. Sepekan pertama, ia dan keluarganya berkeliling Uni Emirat Arab. Suatu hari, di hari Jumat, mereka sedang dalam perjalanan menuju Pasar Al-Souq. Tiba-tiba terdengar suara azan dan Janna melihat orang-orang di sekitarnya langsung menghentikan aktivitasnya. Yang sedang mengendarai mobil pun berhenti, mengambil sajadah, menggelarnya, lalu menunaikan salat meski di pinggir jalan.
"Suara azan telah mengubah sesuatu dalam diri saya, subhanallah. Saya tidak tahu apa itu, tapi setelah itu saya merasa ada perubahan dan perubahan itu mengendap dalam diri saya. Saya ingin tahu arti kata-kata dalam azan, apa maknanya," tutur Janna mengingat kembali pengalamannya ketika pertama kali mendengar azan.
Takut Kematian
Janna adalah tipikal orang yang sangat takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Ia selalu menghindari perbicangan tentang kematian dan tidak pernah menghadiri acara pemakaman. Tapi semuanya berubah ketika ia menyaksikan sendiri proses kematian di depan matanya.
"Paman saya menghembuskan napas terakhirnya di hadapan saya. Pengalaman itu mengubah saya. Saya mulai merasa bahwa kehidupan ini tidak seperti yang ada dalam pikiran saya. Kita menginvestasikan banyak tenaga dan waktu untuk banyak hal yang bisa lenyap begitu saja dalam hitungan detik," tukas Janna.
Tapi setelah menyaksikan proses kematian pamannya, Janna hampir tak bisa tidur dengan tenang. Ia menjalani masa-masa dimana ia terbangun tiga kali sepanjang malam, hanya untuk melihat apakah ayah dan ibunya masih bernapas.
Setelah belajar Islam, Janna tahu apa penyebab ketakutannya pada hal-hal yang berkaitan dengan kematian. "Saya selalu merasa takut pada kematian karena saya berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segalanya," ujar Janna. Sedangkan dalam Islam, kematian hanya pemutus kehidupan di dunia untuk melanjutkan kehidupan yang lebih kekal di akhirat kelak.
"Ketakutan itu membuat saya makin bersemangat untuk mencari tahu tentang Islam. Saya sudah mempelajari agama-agama lainnya, tapi saya belum menemukan kebenaran apapun dalam agama-agama itu atau kebenaran yang membuat saya benar-benar yakin," tukas Janna.
Biografi Nabi Muhammad dan Syahadat
Janna merasa benar-benar yakin dengan Islam ketika membaca biografi Nabi Muhammad Saw, yang mengingatkan nya pada apa yang pernah ia ketahui dan pernah ia baca tentang Yesus (Nabi Isa).
"Dan saya terus membaca dan membaca. Figur ini (Nabi Muhammad Saw.) adalah orang yang mulia dengan karakter dan kepribadian yang sangat mengagumkan, dan saya kira, saya tidak pernah menemukan orang seperti ini sebelumnya," papar Janna.
Setelah membaca buku biografi itu, Janna yakin bahwa saya harus menghapus semua yang saya tahu tentang Islam yang selama ini ternyata salah. Janna lalu memulai kembali pencariannya. Tidak butuh waktu lama bagi Janna untuk mengetahui bahwa Islam-lah kebenaran itu dan tidak ada satu agama pun di dunia ini yang bisa menandinginya.
"Ketika saya mulai membaca buku-buku tentang Islam, saya menemukan semua jawaban yang tidak saya temukan dalam agama saya sendiri," tukas Janna.
Meski sudah merasa yakin dengan Islam, Janna masih takut untuk bersyahadat karena ia tahu orang tua dan keluarganya tidak akan pernah menerima Islam. "Jika mereka tahu tentang hal ini, hidup saya akan berubah secara dramatis," kata Janna.
Ia lalu bertemu dengan seorang muslimah asal Mesir, bernama Noha di Jerman. "Noha banyak membantu saya, karena saya berjumpa dengannya tepat ketika saya mulai berdoa agar saya segera menemukan kebenaran dan memiliki keberanian atas apa yang sedang saya lakukan," ungkap Janna.
Janna dan Noha sering bertemu dan berdiskusi tentang Islam. Noha menjelaskan semua hal tentang Islam dan menjawab semua pertanyaan Janna, karena Janna yakin bahwa agamanya selama ini salah dan ia tidak mau hidup dalam kesalahan itu.
Sekira satu setengah bulan Janna memikirkan tentang kebenaran yang diketahuinya. Ia pun memutuskan masuk Islam. Janna mengucapkan dua kalimat syahadat di asrama mahasiswi di Jerman. Awalnya hanya ada Noha dan Janna di ruangan, tapi akhirnya banyak mahasiswa yang yang tahu ada seseorang yang akan masuk Islam, sehingga ruangan akhirnya dipenuhi 20 orang yang menjadi saksi keislaman Janna.
"Alhamdulillah, hari itu, saya mengucapkan syahadat. Saya tidak akan pernah melupakannya, dan saya tidak akan pernah melupakan pertama kali saya menunaikan salat," tukas Janna. (kw/oi)
Ikuti terus segala informasi dengan mengikuti twitter@IslamTalking
Keluarga Janna selalu pergi liburan bersama-sama. Ketika berusia antara 12-13 tahun, Janna dan keluarga besarnya berlibur ke Uni Emirat Arab. Inilah liburan yang paling berkesan bagi Janna sepanjang hidup. Siapa kira liburan itu yang kemudian menuntunnya pada Islam. Agama yang dipeluknya sekarang.
Janna kembali mengingat kembali liburannya ketika itu. Sepekan pertama, ia dan keluarganya berkeliling Uni Emirat Arab. Suatu hari, di hari Jumat, mereka sedang dalam perjalanan menuju Pasar Al-Souq. Tiba-tiba terdengar suara azan dan Janna melihat orang-orang di sekitarnya langsung menghentikan aktivitasnya. Yang sedang mengendarai mobil pun berhenti, mengambil sajadah, menggelarnya, lalu menunaikan salat meski di pinggir jalan.
"Suara azan telah mengubah sesuatu dalam diri saya, subhanallah. Saya tidak tahu apa itu, tapi setelah itu saya merasa ada perubahan dan perubahan itu mengendap dalam diri saya. Saya ingin tahu arti kata-kata dalam azan, apa maknanya," tutur Janna mengingat kembali pengalamannya ketika pertama kali mendengar azan.
Takut Kematian
Janna adalah tipikal orang yang sangat takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Ia selalu menghindari perbicangan tentang kematian dan tidak pernah menghadiri acara pemakaman. Tapi semuanya berubah ketika ia menyaksikan sendiri proses kematian di depan matanya.
"Paman saya menghembuskan napas terakhirnya di hadapan saya. Pengalaman itu mengubah saya. Saya mulai merasa bahwa kehidupan ini tidak seperti yang ada dalam pikiran saya. Kita menginvestasikan banyak tenaga dan waktu untuk banyak hal yang bisa lenyap begitu saja dalam hitungan detik," tukas Janna.
Tapi setelah menyaksikan proses kematian pamannya, Janna hampir tak bisa tidur dengan tenang. Ia menjalani masa-masa dimana ia terbangun tiga kali sepanjang malam, hanya untuk melihat apakah ayah dan ibunya masih bernapas.
Setelah belajar Islam, Janna tahu apa penyebab ketakutannya pada hal-hal yang berkaitan dengan kematian. "Saya selalu merasa takut pada kematian karena saya berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segalanya," ujar Janna. Sedangkan dalam Islam, kematian hanya pemutus kehidupan di dunia untuk melanjutkan kehidupan yang lebih kekal di akhirat kelak.
"Ketakutan itu membuat saya makin bersemangat untuk mencari tahu tentang Islam. Saya sudah mempelajari agama-agama lainnya, tapi saya belum menemukan kebenaran apapun dalam agama-agama itu atau kebenaran yang membuat saya benar-benar yakin," tukas Janna.
Biografi Nabi Muhammad dan Syahadat
Janna merasa benar-benar yakin dengan Islam ketika membaca biografi Nabi Muhammad Saw, yang mengingatkan nya pada apa yang pernah ia ketahui dan pernah ia baca tentang Yesus (Nabi Isa).
"Dan saya terus membaca dan membaca. Figur ini (Nabi Muhammad Saw.) adalah orang yang mulia dengan karakter dan kepribadian yang sangat mengagumkan, dan saya kira, saya tidak pernah menemukan orang seperti ini sebelumnya," papar Janna.
Setelah membaca buku biografi itu, Janna yakin bahwa saya harus menghapus semua yang saya tahu tentang Islam yang selama ini ternyata salah. Janna lalu memulai kembali pencariannya. Tidak butuh waktu lama bagi Janna untuk mengetahui bahwa Islam-lah kebenaran itu dan tidak ada satu agama pun di dunia ini yang bisa menandinginya.
"Ketika saya mulai membaca buku-buku tentang Islam, saya menemukan semua jawaban yang tidak saya temukan dalam agama saya sendiri," tukas Janna.
Meski sudah merasa yakin dengan Islam, Janna masih takut untuk bersyahadat karena ia tahu orang tua dan keluarganya tidak akan pernah menerima Islam. "Jika mereka tahu tentang hal ini, hidup saya akan berubah secara dramatis," kata Janna.
Ia lalu bertemu dengan seorang muslimah asal Mesir, bernama Noha di Jerman. "Noha banyak membantu saya, karena saya berjumpa dengannya tepat ketika saya mulai berdoa agar saya segera menemukan kebenaran dan memiliki keberanian atas apa yang sedang saya lakukan," ungkap Janna.
Janna dan Noha sering bertemu dan berdiskusi tentang Islam. Noha menjelaskan semua hal tentang Islam dan menjawab semua pertanyaan Janna, karena Janna yakin bahwa agamanya selama ini salah dan ia tidak mau hidup dalam kesalahan itu.
Sekira satu setengah bulan Janna memikirkan tentang kebenaran yang diketahuinya. Ia pun memutuskan masuk Islam. Janna mengucapkan dua kalimat syahadat di asrama mahasiswi di Jerman. Awalnya hanya ada Noha dan Janna di ruangan, tapi akhirnya banyak mahasiswa yang yang tahu ada seseorang yang akan masuk Islam, sehingga ruangan akhirnya dipenuhi 20 orang yang menjadi saksi keislaman Janna.
"Alhamdulillah, hari itu, saya mengucapkan syahadat. Saya tidak akan pernah melupakannya, dan saya tidak akan pernah melupakan pertama kali saya menunaikan salat," tukas Janna. (kw/oi)
Ikuti terus segala informasi dengan mengikuti twitter
0 komentar:
Post a Comment