Seorang laki-laki dari Desa Sukajaya No. 05/07, Kedondong, Pesawaran, mengaku Rasulullah kedua alias wakil Nabi Muhammad SAW. MUI Lampung langsung menyatakan hal itu sesat. Siapakah dia?
Laporan Gatra Y.P., PESAWARAN
Sosok Mustofa (48) bin Nurdin biasa saja, tiada bedanya dengan laki-laki paruh baya lainnya. Ia kemarin terlihat santai, berkain sarung dengan motif kotak-kotak dan mengenakan kemeja lengan pendek bergaris warna krem. Sebatang rokok merek Dji Sam Soe terjepit di tangannya.
’’Ayo silakan masuk, darimana?” tanyanya kepada Radar Lampung. Dia kemudian mengajak masuk ke ruang tamu rumahnya yang berlantai semen. Tak ada perabotan mewah di sana. Hanya kursi plastik dan meja kecil untuk meletakkan minuman dan asbak.
Setelah menghirup kopinya, lelaki kelahiran Desa Sukajaya tersebut lalu menceritakan ihwal yang mendasari dirinya sampai berani mengaku Rasulullah kedua. ’’Semua itu berawal dari mimpi pada tahun 1982,” beber bapak empat anak tersebut.
Dalam mimpi, ia merasa diperintahkan untuk mengikrarkan diri bahwa dirinya adalah Rasullulah kedua. Ia yakin suara yang memerintahkannya adalah suara Tuhan. ’’Saya pun tiba-tiba jatuh sakit, demam,” ungkapnya.
Tetapi, ia saat itu tidak terlalu menghiraukan. Sampai sepuluh tahun kemudian, pada 1992, mimpi yang hampir sama terulang. Ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang berbentuk cahaya putih terang dan mengajarkannya mengaji.
’’Setelah lebih dari 20 tahun, baru pada 2003 saya tiba-tiba merasa ada dorongan yang tanpa saya sadari datang dan memberitahukan cara dan strategi untuk mempersatukan umat manusia sampai tidak ada lagi rasa iri dan dengki,” ujarnya.
Didesak seperti apa cara dan strateginya, ia menolak menceritakan. ’’Nanti saja setelah saya dikukuhkan sebagai wakil nabi. Saya jamin dalam sepuluh tahun, seluruh umat sudah bersatu. Saya tak mau menjelaskan karena itulah satu-satunya kemampuan saya,” terang lelaki yang tetap menjalankan salat lima waktu ini.
Menurut dia, apa yang dialaminya adalah hal wajar. Karena dalam sejarah Islam, Allah selalu menurunkan nabi untuk memperbaiki satu kaum. ’’Kita wajib menolak jika ada yang mengaku nabi setelah Muhammad SAW. Oleh karena itu, untuk memperbaiki umatnya, Allah menunjuk seorang wakil Rasulullah sekarang ini, yaitu saya,” ujarnya.
Bapak empat anak ini menyadari sepenuhnya dia bukan lulusan pesantren yang paham Alquran dan hadis. Karena itu, sebenarnya yang lebih pantas menjadi wakil Rasulullah adalah para alim ulama.
’’Seandainya Rasul terlebih dahulu bertanya kepada saya, pastilah saya meminta beliau untuk menunjuk alim ulama atau pejabat-pejabat tinggi untuk menjadi wakilnya karena saya sadar bukan siapa-siapa. Karena itu, masalah saya ini jangan dianggap sepele karena menyangkut umat sedunia,” tegasnya.
Dia berjanji menyerahkan kedudukannya itu jika ada manusia di bumi ini yang memiliki kemampuan untuk menggantikannya sebagai wakil nabi. ’’Dan, saya akan mendukung sepenuhnya,” tukas dia.
Mustofa mengibaratkan dirinya seperti daging babi yang diharamkan dalam Islam untuk disentuh, apalagi dimakan. Namun pada keadaan tertentu, jika dengan memakan daging tersebut justru bisa mempertahankan hidup, maka tidak menjadi haram.
’’Seperti itulah keadaan saya. Jika memang ada yang lebih pantas, saya akan legawa. Oleh karena itu, sangat penting melakukan diskusi dan berhadapan langsung dengan lembaga terkait, bahkan presiden sekalipun. Mari kita sama-sama mencari siapa yang pantas. Yang penting kita sama-sama mewujudkan misi Rasulullah,” ajaknya.
Oleh sebab itulah, lelaki yang sehari-harinya bertani ini pernah menulis surat kepada presiden RI pada 2003 dan mengaku pernah mendatangi Kesekretariatan Negara. Terakhir, Selasa (29/3), ia mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung untuk mengajak berdiskusi menentukan wakil nabi.
’’Mengenai wakil nabi kan sebenarnya sudah disinggung dalam Alquran dan hadis yang menyebutkan, Islam akan kembali berjaya, berarti Islam kembali dipersatukan,” ungkapnya.
Untuk apa Islam kembali dipersatukan? ’’Karena nabi sudah tidak ada dan tidak ada wahyu lagi yang akan disampaikan. Tetapi ada hak Allah yang harus disempurnakan. Hal ini tidak disadari para alim ulama dan syekh di dunia. Hanya Mustofa bin Nurdin-lah yang tahu dan bisa menyempurnakan hak Allah tersebut. Inilah kekhususan wakil rasul,” terangnya.
Mustofa kembali menegaskan, wakil rasul bukan nabi baru. Karena wakil rasul mengerjakan pekerjaannya rasul tanpa diberi mukjizat dan diiringi wahyu. Hanya mengandalkan kecerdasan otak dan kebersihan hatinya.
Lelaki yang istrinya sehari-hari berjualan kopi ini menyadari bahwa pengakuannya ini akan menimbulkan gejolak. Untuk itulah, ia meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah tersebut.
’’Saya siap mempertaruhkan nyawa, kalau sampai perbuatan ini mempermalukan suku, bangsa, dan negara. Juga kalau saya sampai kalah adu argumen dengan para alim ulama atau siapa pun. Sebab, kebaikan umat manusia lebih penting dari nyawa saya,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris MUI Provinsi Lampung Reflianto menganggap pengakuan Nurdin itu sesat. Sebab, menurutnya, mimpi hanya bunga tidur yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
’’Dia mengaku wakil rasul berdasarkan mimpi. Padahal bisa saja yang datang dalam mimpinya adalah jin atau setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan kita,” ingatnya.
Dia membenarkan Mustofa telah mendatangi MUI Lampung untuk mengajak berdiskusi dengan para alim ulama dan pejabat tinggi di Lampung. Tujuannya meminta pengakuan bahwa dirinya benar-benar wakil nabi.
’’Padahal, untuk apa pengakuan. Toh nabi saja pada zamannya tidak pernah meminta pengakuan dari lembaga yang ada. Kalau memang ingin menjalankan dan menegakkan agama Allah, tanpa pengakuan dari siapa pun ya jalan saja. Tidak harus mengaku wakil nabi,” tandasnya.
Secara pribadi maupun kelembagaan, Reflianto sudah mengarahkan kepada Mustofa agar tidak mengaku sebagai wakil nabi. ’’Namun, dia tetap tidak mau menerima dan akan terus berjuang sampai dirinya diakui,” ungkapnya.
’’Meski demikian, kami minta masyarakat tetap mereaksi pengakuan Mustofa dengan tenang. Dan, saya harap pihak kepolisian dapat bekerja sama menjaga suasana yang kondusif. Ini demi kebaikan bersama,” pintanya. (c1/dea)
Laporan Gatra Y.P., PESAWARAN
Sosok Mustofa (48) bin Nurdin biasa saja, tiada bedanya dengan laki-laki paruh baya lainnya. Ia kemarin terlihat santai, berkain sarung dengan motif kotak-kotak dan mengenakan kemeja lengan pendek bergaris warna krem. Sebatang rokok merek Dji Sam Soe terjepit di tangannya.
’’Ayo silakan masuk, darimana?” tanyanya kepada Radar Lampung. Dia kemudian mengajak masuk ke ruang tamu rumahnya yang berlantai semen. Tak ada perabotan mewah di sana. Hanya kursi plastik dan meja kecil untuk meletakkan minuman dan asbak.
Setelah menghirup kopinya, lelaki kelahiran Desa Sukajaya tersebut lalu menceritakan ihwal yang mendasari dirinya sampai berani mengaku Rasulullah kedua. ’’Semua itu berawal dari mimpi pada tahun 1982,” beber bapak empat anak tersebut.
Dalam mimpi, ia merasa diperintahkan untuk mengikrarkan diri bahwa dirinya adalah Rasullulah kedua. Ia yakin suara yang memerintahkannya adalah suara Tuhan. ’’Saya pun tiba-tiba jatuh sakit, demam,” ungkapnya.
Tetapi, ia saat itu tidak terlalu menghiraukan. Sampai sepuluh tahun kemudian, pada 1992, mimpi yang hampir sama terulang. Ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang berbentuk cahaya putih terang dan mengajarkannya mengaji.
’’Setelah lebih dari 20 tahun, baru pada 2003 saya tiba-tiba merasa ada dorongan yang tanpa saya sadari datang dan memberitahukan cara dan strategi untuk mempersatukan umat manusia sampai tidak ada lagi rasa iri dan dengki,” ujarnya.
Didesak seperti apa cara dan strateginya, ia menolak menceritakan. ’’Nanti saja setelah saya dikukuhkan sebagai wakil nabi. Saya jamin dalam sepuluh tahun, seluruh umat sudah bersatu. Saya tak mau menjelaskan karena itulah satu-satunya kemampuan saya,” terang lelaki yang tetap menjalankan salat lima waktu ini.
Menurut dia, apa yang dialaminya adalah hal wajar. Karena dalam sejarah Islam, Allah selalu menurunkan nabi untuk memperbaiki satu kaum. ’’Kita wajib menolak jika ada yang mengaku nabi setelah Muhammad SAW. Oleh karena itu, untuk memperbaiki umatnya, Allah menunjuk seorang wakil Rasulullah sekarang ini, yaitu saya,” ujarnya.
Bapak empat anak ini menyadari sepenuhnya dia bukan lulusan pesantren yang paham Alquran dan hadis. Karena itu, sebenarnya yang lebih pantas menjadi wakil Rasulullah adalah para alim ulama.
’’Seandainya Rasul terlebih dahulu bertanya kepada saya, pastilah saya meminta beliau untuk menunjuk alim ulama atau pejabat-pejabat tinggi untuk menjadi wakilnya karena saya sadar bukan siapa-siapa. Karena itu, masalah saya ini jangan dianggap sepele karena menyangkut umat sedunia,” tegasnya.
Dia berjanji menyerahkan kedudukannya itu jika ada manusia di bumi ini yang memiliki kemampuan untuk menggantikannya sebagai wakil nabi. ’’Dan, saya akan mendukung sepenuhnya,” tukas dia.
Mustofa mengibaratkan dirinya seperti daging babi yang diharamkan dalam Islam untuk disentuh, apalagi dimakan. Namun pada keadaan tertentu, jika dengan memakan daging tersebut justru bisa mempertahankan hidup, maka tidak menjadi haram.
’’Seperti itulah keadaan saya. Jika memang ada yang lebih pantas, saya akan legawa. Oleh karena itu, sangat penting melakukan diskusi dan berhadapan langsung dengan lembaga terkait, bahkan presiden sekalipun. Mari kita sama-sama mencari siapa yang pantas. Yang penting kita sama-sama mewujudkan misi Rasulullah,” ajaknya.
Oleh sebab itulah, lelaki yang sehari-harinya bertani ini pernah menulis surat kepada presiden RI pada 2003 dan mengaku pernah mendatangi Kesekretariatan Negara. Terakhir, Selasa (29/3), ia mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung untuk mengajak berdiskusi menentukan wakil nabi.
’’Mengenai wakil nabi kan sebenarnya sudah disinggung dalam Alquran dan hadis yang menyebutkan, Islam akan kembali berjaya, berarti Islam kembali dipersatukan,” ungkapnya.
Untuk apa Islam kembali dipersatukan? ’’Karena nabi sudah tidak ada dan tidak ada wahyu lagi yang akan disampaikan. Tetapi ada hak Allah yang harus disempurnakan. Hal ini tidak disadari para alim ulama dan syekh di dunia. Hanya Mustofa bin Nurdin-lah yang tahu dan bisa menyempurnakan hak Allah tersebut. Inilah kekhususan wakil rasul,” terangnya.
Mustofa kembali menegaskan, wakil rasul bukan nabi baru. Karena wakil rasul mengerjakan pekerjaannya rasul tanpa diberi mukjizat dan diiringi wahyu. Hanya mengandalkan kecerdasan otak dan kebersihan hatinya.
Lelaki yang istrinya sehari-hari berjualan kopi ini menyadari bahwa pengakuannya ini akan menimbulkan gejolak. Untuk itulah, ia meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah tersebut.
’’Saya siap mempertaruhkan nyawa, kalau sampai perbuatan ini mempermalukan suku, bangsa, dan negara. Juga kalau saya sampai kalah adu argumen dengan para alim ulama atau siapa pun. Sebab, kebaikan umat manusia lebih penting dari nyawa saya,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris MUI Provinsi Lampung Reflianto menganggap pengakuan Nurdin itu sesat. Sebab, menurutnya, mimpi hanya bunga tidur yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
’’Dia mengaku wakil rasul berdasarkan mimpi. Padahal bisa saja yang datang dalam mimpinya adalah jin atau setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan kita,” ingatnya.
Dia membenarkan Mustofa telah mendatangi MUI Lampung untuk mengajak berdiskusi dengan para alim ulama dan pejabat tinggi di Lampung. Tujuannya meminta pengakuan bahwa dirinya benar-benar wakil nabi.
’’Padahal, untuk apa pengakuan. Toh nabi saja pada zamannya tidak pernah meminta pengakuan dari lembaga yang ada. Kalau memang ingin menjalankan dan menegakkan agama Allah, tanpa pengakuan dari siapa pun ya jalan saja. Tidak harus mengaku wakil nabi,” tandasnya.
Secara pribadi maupun kelembagaan, Reflianto sudah mengarahkan kepada Mustofa agar tidak mengaku sebagai wakil nabi. ’’Namun, dia tetap tidak mau menerima dan akan terus berjuang sampai dirinya diakui,” ungkapnya.
’’Meski demikian, kami minta masyarakat tetap mereaksi pengakuan Mustofa dengan tenang. Dan, saya harap pihak kepolisian dapat bekerja sama menjaga suasana yang kondusif. Ini demi kebaikan bersama,” pintanya. (c1/dea)
0 komentar:
Post a Comment