Bila Anda pernah melihat film kartun Naruto (walah!), di situ ada tokoh Naruto yang lahir yatim piatu. Dia menjadi nakal karena ingin menarik perhatian. Jiwanya kosong dan fakir kasih sayang. Ada kerinduan besar dirinya untuk bertemu ayah ibunya. Saya kira, begitu pula yang dirasakan anak-anak yatim piatu, mereka akan terus bertanya-tanya, siapakah orang tuaku, bagaimana ‘wajah’nya?
Kita sebagai manusia punya bawaan di nurani kita, yang terus bertanya, siapa penciptaku? Kita terkadang penasaran, seperti apa ‘wajah’ penciptaku? Dalam sejarah kebudayaan manusia, wajah Tuhan menjadi bagian dari pencarian keyakinan. Kalau dalam Islam, wajah Tuhan tidak bisa digambarkan.
Sepertinya saya jadi lebih paham, mengapa melihat ‘wajah’ Tuhan menjadi kenikmatan tertinggi bagi mukmin. Kita yang bagaikan yatim piatu di alam fana ini, ruhnya selalu ingin kembali bertemu pada-Nya. Kita ini rindu gila untuk bisa melihat ‘wajah’Nya. Bertemu pencipta adalah kenikmatan tertinggi bagi yang diciptakan.
“Siapa yang beramal demi pahala, niscaya akan letih dengan harapan. Siapa yang beramal karena takut siksa, niscaya akan letih dengan prasangka baik. Siapa yang beramal demi Wajah-Nya, niscaya tiada letih baginya.” (Imam An-Nifari)
0 komentar:
Post a Comment