Translate

Menjawab Tuduhan Al-Qur'an Kontradiksi


Sebuah cover dari mushaf Al-Qur'an

Sejak masa nabi Muhammad SAW sampai sekarang kalangan orientalis tak henti-hentinya untuk menyerang risalah Ilahi. Mereka mempertanyakan dan bahkan berusaha mengaburkan sejarah awal Al-Qur'an dan menganggap bahwa Al-Qur'an adalah karangan Muhammad. Hujatan tersebut yang dilontarkan sejak abad ke-8 M, muncul karena mereka meyakini kitab-kitab mereka seperti Bibel sebagai God's word. Menurut mereka, jika Al-Qur'an mengkritik kitab mereka, maka Al-Qur'an adalah karya setan. Bibel dijadikan tolak ukur menilai Al-Qur'an. Apa saja yang bertentangan dengan Bibel, maka Al-Qur'anlah yang dianggap salah.

Salah satu wujud kritikan mereka adalah menuduh bahwa ayat-ayat Al-Quran berkontradiksi satu sama lain. Sebenarnya hal ini terjadi karena pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur'an sangat fragmentatif yaitu tidak melihat pra (sibaq), paska (lihaq) dan suasana (siyaq) ketika ayat tersebut diturunkan.


Tulisan ini akan sedikit memberikan pencerahan tentang hal-hal yang dianggap berkontradiksi dalam Quran dengan beberapa contoh:

All along, the unbelievers asked Muhammad to perform a miracle so that they could believe. All they got in response was,
Q. 03: 138
Q. 17: 90
Q. 17: 93

People doubted Muhammad because they saw nothing extraordinary or miraculous in him.
Q. 17: 94
Q. 25: 7
Q. 25: 8

But Muhammad kept telling them that he is just an ordinary man not an angel, meaning people should not expect miracles from him!
Q. 17: 95

The common sense dictates that no one would deny and call a man who performs such mighty miracles like splitting the moon, as believed by all the Muslims a mad man or possessed. But the people who knew him actually called him by these names.
Q. 15: 06
Q. 15: 07
Q. 15: 08

The Quraishites kept asking for a sign or a miracle to believe and Muhammad kept saying that he is only a warner.
Q. 13: 07


There are many more ayat that tell the same story. People asking miracles and him saying I am just a man, just like you, only a warner. A clear proof that Muhammad never performed any miracles is in this verse where it says that people rejected even other messengers who came with miracles and clear signs, meaning miracles are not helpful.
Q. 3: 184

In the above verses Muhammad is denying any supernatural power. If he could perform the miracles attributed to him in those Ahadith, what is the meaning of these verses? In the following verse he clearly rejects miracles as the proof of prophethood comparing them to witchcrafts.
Q. 2: 3

Hal/pernyataan yang serupa:

Did Muhammad perform miracles?

The Qur'an says that Allah did not give Muhammad power to perform miracles (al-An`am 6:109-112; bani Isra'il 17:92-97; al-Kahf 18:10; al-`Ankabut 29:49-50), that he was a mortal like anyone else (Ha Mim Sajdah 41:6) and that he was an ordinary man, (bani Isra'il 17:90-96).

which clearly contradict the Qur'an verse (note: items 14-16 are not usually associated with miracles). If these miracles occurred before those verses were revealed, then it seems odd that the verse should say no power was given for performing them. On the other hand, if these miracles occurred after the revelations, then clearly the revelation of Allah failed to account for a future event. If the hadiths of Muhammad's miracles were not true, this casts a great doubt on many other details of Muhammad's life, since even the two sahihs (supposedly the most authentic of the traditions) recorded some of them.

Respon:
Apakah setiap permintaan harus dibuktikan atau dikabulkan? Tentu saja tidak! Inilah sebenarnya esensi dari kejadian-kejadian yang dialami oleh rasulullah SAW. Dalam surah 17:90 misalnya, kaum pagan meminta agar rasulullah memancarkan air, mempunyai rumah emas, mempunyai kebun anggur, dan lain-lain untuk membuktikan kerasulannya. Dan dalam konteks ini rasulullah tidak perlu melayani permintaan mereka karena permintaan (tuntutan) mereka bersifat berlebihan dan tidak ada upaya dari mereka sendiri untuk memahami kebenaran dan sebenarnya mereka hanya bermaksud mengejek dan mengolok-olok saja dan malah mencemooh nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang gila (QS. 15:8).
Keingkaran akan kebenaran dan ketidakseriusan mereka ini dinyatakan dalam surah 17:94 : Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?"
Pengertian ayat diatas adalah menunjukkan bahwa dalam keadaan mengertipun mereka tetap saja menuntut meminta bukti dan terlalu banyak bertanya (menuntut). Maka surah 17:96 menjawab komplain-komplain mereka: Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
  • Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman.. (QS. 6:111)
Ayat lain sebagai bantahan/sikap rasulullah atas orang-orang kafir yang menuntut agar suatu mukjizat diperlihatkan:
  • Mereka (orang-orang kafir, pen. muslim) berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)." (QS. 41:5)

  • Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata."(QS. 29:50)

  • Perhatikanlah, bagaimana mereka (orang-orang kafir, pen. muslim) membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). (QS. 25:9)

  • Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar (QS. 43:58)

  • Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam melakukan) kezaliman." (QS. 25:21)

  • Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (QS. 2:118)


    Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 118) sehubungan dengan Rafi' bin Khuzaimah. Ketika itu ia berkata kepada Rasulullah SAW: "Jika tuan seorang Rasulullah sebagaimana tuan katakan, mintalah kepada Allah agar Ia berbicara (langsung) kepada kami sehingga kami mendengar perkataan-Nya. Ayat ini (S. 2: 118) turun sebagai penjelasan bahwa kalau pun Allah mengabulkan permintaan mereka, mereka akan tetap kufur.
    (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 
Sesungguhnya jawaban atas konteks 'kontradiksi mukjizat' ini adalah bukannya nabi SAW 'tidak memiliki' atau dikaruniai mukjizat, akan tetapi ada suatu konteks dimana Allah SWT tidak memperkenankan/menghendaki nabi SAW untuk melakukan/menunjukkan suatu mukjizat saat itu misalnya, karena orang-orang tersebut sebenarnya tidak serius untuk mengimani apa yang sudah disampaikan oleh nabi SAW. Nabi SAW sendiri sangat jarang menunjukan mukjizat yg disengaja, dalam arti begitu ada yg minta agar ditunjukkan, maka nabi SAW mengeluarkan mukjizatnya (misal Musa yg melempar tongkat dihadapan Firaun).Adapun kemukjizatan-2 yg dilakukan oleh nabi adalah pada saat memang orang-orang membutuhkan mukjizat untuk menolong keperluan mereka atau dalam momen yang tepat, misal orang yang kekurangan air, dll.
Kemudian ada pemahaman yang keliru dengan membandingkan mukjizat Musa as dengan Muhammad SAW bahwa nabi yang dinubuatkan dalam kitab-kitab bukanlah Muhammad SAW karena nabi SAW 'tidak melakukan hal-hal luar biasa' sehebat Musa berdasar ayat dibawah:
  • ulangan 34:10-12

    34:10 Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, 
    34:11 dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya,
    34:12 dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.

Pengertian yang harus dipahami disini adalah bahwa mukjizat tidak bisa dijadikan bahan perbandingan, karena mukjizat berasal dari kehendak Allah dan bukan dari nabi itu sendiri atau dari kemampuan nabi itu sendiri. Al-Qur'an sendiri menyatakan bahwa mukjizat itu berasal dari Allah:
  • Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. (QS. 2:87) 

  • Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. 61:6)

  • Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah. (QS. 3:58)

Arti mukjizat menurut bahasa adalah sesuatu yang melemahkan atau menundukkan. Dan menurut syariat Islam, mukjizat adalah sesuatu keajaiban yang dimiliki para rasul, yang sukar dijangkau kemampuan akal manusia, sebagai bukti atas pengakuan mereka menjadi utusan Allah. Adapun kedudukan mukjizat bagi para rasul adalah termasuk perkara yang jaiz atau mungkin terjadinya pada diri para rasul. Mukjizat bukanlah perkara mustahil dan bukan pula wajib. Kalau Allah menghendaki terjadinya, maka terjadilah. Bentuknya tidak terbatas, apa saja yang dikehendaki Allah menjadi mukjizat, bisa menjadi mukjizat. Karena mukjizat berasal dari Allah maka mukjizat tentu disesuaikan dengan konteks masanya. Jika pada masa Musa dilengkapi dengan banyak mukjizat hal itu semata-mata karena yang dihadapi Musa adalah dedengkot penguasa Mesir yang memiliki kekuasaan yang sangat besar, sementara pada masa hidup rasulullah SAW yang dihadapi adalah dari kalangan rakyat biasa dan konteks mukjizat akan menyesuaikan dengan konteks masalah atau situasi yang dihadapi oleh masing-masing rasul. Sebenarnya nabi SAW sendiri juga banyak melakukan hal-hal yang luar biasa sebagai pertanda mukjizatnya sehingga tetap sepadan dengan mukjizat yang dilakukan oleh nabi Musa as.

sumber : http://mrdnet.110mb.com/




0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...